BUNGA LAWANG
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA.2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.ww,wbr
Puji syukur kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Shalawat beriringan salam tidak
lupa pula penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana
yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Tahrir aulawi S.Pt. Msi sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga proposal ini bisa bermanfaat
bagi kita semua dan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan untuk kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak terdapat
kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Pekanbaru, Juni
2013
Penulis
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Tujuan.................................................................................................. 3
II. PEMBAHASAN................................................................................ 3
2.1. Klasifikasi Dan Karakteristik
Bunga Lawang.................................. 3
2.2. Produksi Dan Panen Bunga Lawang ............................................... 4
2.3. Teknologi
Pasca Panen...................................................................... 5
2.4. Penyimpanan Dan Modifikasi
Atmosfir........................................... 10
2.5. Kegunaan Bunga Lawang.................................................................... 12
III. PENUTUP................................................................................. 15
3.1.Kesimpulan........................................................................................... 15
3.2.Saran................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
1.PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Rempah ini
banyak digunakan di dalam masakan negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah
satu bumbu tradisional masakan Cina yaitu ngo
hiong yang terdiri dari lima jenis
rempah. Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang
memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki
delapan kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di
Cina, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak
saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan
perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah buah
yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8
meter. Ia mempunyai bunga yang cantik berwarna kuning. Bunga lawang
berkembang-biak melalui biji benih. Buahnya dipetik sebelum ranum dan dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.
Pekak atau
bunga lawang mempunyai nama latin Illicium verum.diantaranya adalah:
Di beberapa negara dan daerah, pekak memiliki nama
yang berbeda, Orang keturunan Tionghoa di Jawa menyebutnya pekak.Orang
Bali memanggilnya dengan sebutan bunga lawang.Sedangkan negara Eropa
menyebutnya star anise karena bentuknya menyerupai bintang.Di Italia
disebut anice stellato.Masyarakat Jerman menyebutnya Sternanis.Sedangkan
dalam Bahasa Cina adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti
"delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan
kelopak.
1.2. TUJUAN
1.Untuk
mengetahui klasifikasi dan karakteristik bunga lawang
2.Untuk
mengetahui produksi dan panen bunga lawang
3.Untuk mengetahui teknologi pasca panen bunga
lawang
4. Untuk mengetahui penyimpanan dan modifikasi
atmosfer
5. Untuk mengetahui
kegunaan bunga lawang
II. PEMBAHASAN
2.1.
KLASIFIKASI DAN
KARAKTERISTIK BUNGA LAWANG
A. KLASIFIKASI
|
||||||||||||||
B. KARAKTERISTIK
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah
rempah yang memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di dalam masakan
negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu tradisional masakan
Cina yaitu ngo hiong yang terdiri
dari lima jenis rempah. Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang
memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki
delapan kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di
Cina, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak
saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan
perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah buah
yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8
meter. Ia mempunyai bunga yang cantik berwarna kuning. Bunga lawang
berkembang-biak melalui biji benih. Buahnya dipetik sebelum ranum dan
dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.
GAMBAR.1.
BUNGA LAWANG YANG SUDAH MATANG
2.2.
PRODUKSI DAN
PANEN BUNGA LAWANG
Produksi Bunga Lawang Berupa Bunga
serta Biji, bunga dan biji tersebut di olah untuk menjadi rempah. Bunga lawang
dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit
kayu manis dan bunga cengkeh. Bunga lawang juga banyak dipakai dalam masakan
India yang kaya rempah misalnya untuk kari. Bangsa Thailand, Vietnam, dan
Indonesia juga banyak memakai bunga lawang untuk penyedap masakan. Di
Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah yang memiliki ciri khas
masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Padang,
masakan Jawa, dan Bali.
Selain menyedapkan masakan, bunga
lawang juga memiliki khasiat kesehatan. Bumbu ini baik untuk mengatasi gangguan
pencernaan dan memiliki fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu
digunakan juga untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit
sendi. Bunga lawang juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti
jamu dan campuran minum teh. Salah satunya adalah minuman teh khas Thailand
yang merupakan campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang. Teh dari bunga lawang
juga bisa dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi gejala mual-mual
bagi ibu yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat (shikimic acid)
dalam bunga lawang membuat rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat
obat antiflu burung, tamiflu. Hal ini menyebabkan stoknya sempat
menghilang dari pasaran dan harganya melambung.
2.3.
TEKNOLOGI PASCA
PANEN
Teknologi pascapanen merupakan suatu perangkat yang
digunakan dalam upaya peningkatan kualitas penanganan dengan tujuan mengurangi
susut karena penurunan mutu produk yang melibatkan proses fisiologi normal dan
atau respon terhadap kondisi yang tidak cocok akibat perubahan lingkungan
secara fisik, kimia, dan biologis. Teknologi pascapanen diperlukan untuk
menurunkan atau bila mungkin menghilangkan susut pascapanen. Susut pascapanen
produk hortikultura berkisar antara 15% hingga 25% tergantung pada jenis produk
dan teknologi pascapanen yang digunakan.
Dalam rangka pengembangan produk hilir tanaman perkebunan
yang berdaya saing, berinovasi teknologi, serta berorientasi pasar dan berbasis
sumberdaya lokal, maka pengembangan penanganan pascapanen haruslah dipandang
sebagai satu bagian dari suatu sistem secara keseluruhan, dimana setiap mata
rantai penanganan memiliki peran yang saling terkait. Produk hasil perkebunan
seperti juga produk pertanian secara umum, setelah dipanen masih melakukan
aktifitas metabolisme sehingga jika tidak ditangani dengan segera akan
mengakibatkan kerusakan secara fisik dan kemik. Sifat mudah rusak (perishable)
dari produk mengakibatkan tingginya susut pascapanen
Penanganan
pascapanen, yang merupakan tahap selanjutnya, adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sejak produk dipanen sampai siap dikonsumsi (untuk produk segar) atau
sampai siap diolah (sebagai bahan produk olahan).
Skema umum sistem penanganan pascapanen produk
hortikultura diperlihatkan pada Gambar 2. Untuk buah-buahan misalnya, operasi
utama adalah panen, pengemasan, transportasi, dan distribusi ke para pedagang
pengecer. Suatu jenis operasi harus diperhitungkan dan dikaji dengan baik manakala
operasi tersebut menimbulkan suatu dampak yang buruk terhadap produk, yaitu
penurunan mutu. Pada tahap pemanenan, kondisi, ketuaan, dan cara panen adalah
faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan untuk memperoleh mutu produk
yang prima. Setelah dipanen, dilakukan penanganan di lapangan seperti sortasi
dan pemutuan dan juga pengemasan, atau produk langsung dibawa ke rumah
pengemasan dimana prapendinginan, pencucian, pelilinan, pematangan, sortasi dan
pemutuan, pengemasan, penyusunan kemasan, dan penyimpanan dilakukan, seringkali
dengan menggunakan peralatan mekanis yang mungkin merupakan bagian dari
fasilitas di rumah pengemasan. Produk yang dikemas kemudian diangkut ke
industri pengolahan pangan untuk diolah, ke gudang untuk disimpan, atau langsung
dipasarkan melalui para pedagang pengecer.
Gambar 2. Skema umum sistem
penanganan pascapanen produk hortikultura
Dengan
demikian sistem penanganan pascapanen produk hortikultura bervariasi tergantung
pada jenis produk, tujuan penggunaan produk, jenis teknologi yang tersedia, dan
daya terima oleh konsumen.
Di
Indonesia, teknologi pascapanen dalam penanganan produk hortikultura belum
diterapkan dengan baik, meskipun secara teknis teknologi tersebut mudah untuk
diterapkan oleh para pelaku agribisnis hortikultura. Teknologi pascapanen masih
diterapkan secara parsial, yaitu dipilih hanya yang biaya investasinya kecil
atau hampir tidak ada, atau bila secara ekonomis menguntungkan. Hal ini
didasari kenyataan bahwa konsumen produk hortikultura secara umum belum
bersedia membayar untuk produk hortikultura yang ditangani menggunakan
teknologi yang seharusnya. Artinya, konsumen hortikultura belum bersedia
membayar lebih untuk produk hortikultura yang lebih baik penanganannya. Jadi,
bagi konsumen hortikultura, lebih baik mendapatkan produk dengan kualitas biasa
dengan harga murah, daripada membayar lebih untuk produk berkualitas prima.
Secara
umum, masalah penerapan teknologi maju dalam penanganan pascapanen hasil
perkebunan masih banyak ditemui disekitar mata rantai pemasaran dan lebih
banyak lagi ditemui pada tingkat daerah sentra produksi (farm). Di negara maju,
penerapan teknologi pascapanen ini hampir secara penuh dapat diintrodusir mulai
dari tingkat produksi, pada seluruh mata rantai hingga tingkat pemasaran/konsumen.
Beberapa
masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain: (i)
kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam
negeri, (ii) kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi
pengembangan peralatan pascapanen maupun informasi teknologi penanganan
pascapanen itu sendiri, (iii) rendahnya pengertian masyarakat umum dalam
hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, misalnya tentang susut
pascapanen sehingga berakibat kurangnya perhatian terhadap masalah mutu, (iv)
belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan
transportasi hasil perkebunan rakyat, (v) masih kecilnya margin yang diperoleh
untuk menutupi biaya operasi penanganan pascapanen, dan (vi) keterbatasan pengetahuan
dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Selain
itu, ciri usaha perkebunan juga berpengaruh terhadap pemilihan teknologi
pascapanen serta kesesuaian varietas tanaman perkebunan. Ciri-ciri usaha
perkebunan adalah: (i) biasanya tanaman bersifat tahunan sehingga diperlukan
waktu yang lama hingga berproduksi, sementara peralatan pascapanen tidak
dioperasikan sehingga pada saat diperlukan sudah tidak optimal lagi, (ii)
komoditas bersifat curah (bulk product) dan dalam kuantitas yang besar sehingga
diperlukan disain alat bongkar-muat dang angkut yang besar dan kuat, (iii)
produk berorientasi ekspor/pasar internasional sehingga akan berhadapan dengan
sistem pasar bebas sehingga diperlukan kebijakan yang berpihak pada masyarakat
perkebunan (petani), dan (iv) diperlukan tata ruang yang besar dan melibatkan
petani/pekebun dalam jumlah besar, oleh karena itu kegiatan pascapanen dapat
dilakukan sebagai usaha pedesaan.
Secara
permasalahan yang masih dijumpai banyak dalam penaganan pascapanen produk
hortikultura antara lain:
1.
Masing-masing
daerah sentra produksi tidak mempunyai jadwal panen untuk saling mengisi,
sehingga produk seringkali membanjiri pasar pada saat yang bersamaan sehingga
harga jatuh (terutama terjadi pada buah musiman).
2.
Panen tidak dilakukan pada waktu yang
tepat sesuai dengan kondisi produk, tetapi lebih dipicu oleh harga yang
berfluktuasi sehingga produk adakalanya belum mencapai kondisi optimum
(misalnya buah yang masih terasa masam meskipun sudah masak), atau malah lewat
kondisi optimum akibat penundaan sehingga mudah membusuk.
3.
Penanganan dilakukan dengan kasar,
bahkan dilempar, ditekan terlalu keras saat pengemasan, dan lain sebaginya.
Kemasan
untuk pengangkutan menggunakan bahan seadanya sehingga tidak mampu melindungi
produk yang dikemas selama pengangkutan. Pemuatan berlebihan pada kendaraan saat
pengangkutan sehingga produk akan berdesakan dan menerima beban tekan yang
berat. Ditambah kondisi jalan yang banyak berlubang, maka akan menimbulkan
banyak memar pada produk hortikultura yang diangkut. Pengangkutan dilakukan
menggunakan mobil bak terbuka sehingga produk terekspos sinar matahari dan
mempercepat proses penurunan mutu.
2.4.
PENYIMPANAN DAN
MODIFIKASI ATMOSFIR
a.
penyimpanan
penyimpanan produk
pertanian di dalam wadah yang dibuat sedemikian rupa sehingga produk didalamnya
terlindung dari pertukaran gas atau air dari luar. Bentuk penyimpanan domestic
dan komersial. penyimpanan domestic bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
sehingga waktu panen berikutnya dan untuk penyimpanan benih ,disamping untuk
penyimpanan sebelumbahan dijual di pasaran.
b.
Teknik penyimpanan
Penyimpanan dengan
system aerasi
Kadar air rempah di katakana
normal,jika rempah tersebut dapat disimpan dengan aman.artinya kadar air rempah
berada pada atau dibawah keseimbangan kadar air pada grafik sorpsi
isotherm(13-14%).
Sebelum
disimpan,rempah dibersihkan,dikeringkan dan didisinfektasikan.rempah dapat
disimpan dalam plastic atau goni.
Pada kondisi pengeringan dilakukan
pemanasan udara sampai 5-10C di atas suhu awalnya,untuk menurunkan kelembaban
relative sekitar 30%,dan memaksanya keluar dari hasil pertanian dengan cara
yang sama seperti ventilasi mekanik.
Modifikasi atmosfer
System ini hampir
sama dengan penyimpanan hermetis tergantung dari komposisi dan jenis gas di
dalam atmosfer intergranulasi. Modifikasi yang sering dilakukan yaitu dengan
menambahkan gas karbon,nitrogen atau dapat juga penambahan campuran CO2 dan
nitrogen,dengan disertai penurunan kadar oksigen.penyimpanan dengan cara
tersebut di atas memerlukan peralatan yang canggih,akan tetapi teknik ini
cenderung berkembang pada masa yang akan dating.
2.5.
KEGUNAAN BUNGA LAWANG
Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan,
sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkeh. Bunga lawang juga banyak
dipakai dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari. Bangsa
Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga banyak memakai bunga lawang untuk
penyedap masakan. Di Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah yang
memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Padang, masakan Jawa, dan Bali.
Selain
menyedapkan masakan, bunga lawang juga memiliki khasiat kesehatan. Bumbu ini
baik untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu
digunakan juga untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit
sendi. Bunga lawang juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti
jamu dan campuran minum teh. Salah satunya adalah minuman teh khas Thailand
yang merupakan campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang. Teh dari bunga lawang
juga bisa dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi gejala mual-mual
bagi ibu yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat (shikimic acid)
dalam bunga lawang membuat rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat
obat antiflu burung, tamiflu. Hal ini menyebabkan stoknya sempat
menghilang dari pasaran dan harganya melambung.
·
Dalam pengobatan tradisional China,
bunga lawang biasa diresepkan sebagai obat untuk mengatasi masalah pencernaan,
meningkatkan kesehatan organ reproduksi perempuan serta membantu ibu menyusui
untuk meningkatkan suplai ASI.
·
Sifat antibakteri dan antijamur yang
dimiliki bunga lawang berguna dalam pengobatan asma, bronchitis, dan batuk
kering. Untuk itu, tak mengherankan banyak produk obat batuk yang menggunakan
tanaman ini sebagai salah satu bahannya.
·
Aroma bunga lawang yang menenangkan
bisa membuat tidur lebih baik dan nyenyak.
·
Minyak bunga lawang berguna mengatasi
rematik dan nyeri punggung bagian bawah.
·
Tanaman ini juga isa digunakan sebagai
penyegar napas alami.
·
Shikimic asam, salah satu senyawa dalam
bunga lawang digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan influenza atau virus
flu.
·
Sementara itu, linalool, senyawa
lainnya pada bunga lawang mengandung sifat antioksidan sehingga sangat baik
untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. (Pri/OL-06)
III.
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah
rempah yang memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di dalam masakan
negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu tradisional masakan Cina
yaitu ngo hiong yang terdiri dari lima jenis rempah. Nama Bunga
Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao
atau bat gok yang memiliki arti "delapan tanduk", sesuai
dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas
yang kuat. Dari asalnya di Cina, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada
awal abad ke-17 dan sejak saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang
dihasilkan dijadikan bahan perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya
bukannya bunga, ia adalah buah yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi
pohonnya bisa mencapai 8 meter.
3.2.
Saran
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kita khusus tentang bunga lawang. Penulis berharap
dengan makalah ini kita sebagai mahasiswa agar lebih giat lagi belajar menulis
suatu karya yang bisa bermanfaat untuk smua orang.
DAFTAR PUSTAKA
Adams,J.M.1997. A review of literature concerning losses
in store cereal and pulses, published since 1964. Trop. Sci.,19 (1) :1-28.
Anderson,J.A. dan A.W. Alcock. 1954. Sorange of cereal
grains and their products. American assosiation of cereal chemists. St. Paul,
Minnesota.
Beuchat, L.R. 1981. Microbial stability as effected by
water activity. Cereal foods World, 27 (7) : 245-349.
Burges, H.D., N.J. Burrel, 1964. Cooling bulk grain in
the British climate to control insects and imfrove keeping quality. J.Sci.Food
Agric.15:32-50.
Christensen, C.M., Kaufman, 1974. Microflora. In:
christensen,C.M., Chemists, Monograph Series, Vol.5, Chapter 4:158-193, St.
Paul, Minnesota.
http//www.
bunga lawang.com tanggal 1 juni 2013 jam 20.00 wib
http/ www. klasifikasi bunga lawang tanggal 1 juni 2013 jam 20.00 wib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar