Sabtu, 06 Juli 2013

BUNGA LAWANG



BUNGA LAWANG


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TA.2013/2014

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.ww,wbr
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Shalawat beriringan salam tidak lupa pula penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan menuju alam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak  Tahrir aulawi S.Pt. Msi  sebagai Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga proposal ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan untuk kita semua. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Pekanbaru,  Juni  2013

Penulis
DAFTAR ISI
Isi                                                                    Halaman
KATA PENGANTAR...............................................................................           i
DAFTAR ISI...........................................................................................          ii
I. PENDAHULUAN................................................................................           1
1.1. Latar Belakang...................................................................................           1
1.2. Tujuan..................................................................................................          3
II. PEMBAHASAN................................................................................          3
2.1. Klasifikasi Dan Karakteristik Bunga Lawang..................................          3
2.2. Produksi Dan Panen Bunga Lawang ...............................................          4
2.3. Teknologi Pasca Panen......................................................................          5
2.4. Penyimpanan Dan Modifikasi Atmosfir...........................................         10
2.5. Kegunaan Bunga Lawang....................................................................         12
III.     PENUTUP.................................................................................         15
3.1.Kesimpulan...........................................................................................         15
3.2.Saran...................................................................................................         15

DAFTAR PUSTAKA


1.PENDAHULUAN
1.1.  LATAR BELAKANG
Rempah ini banyak digunakan di dalam masakan negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu tradisional masakan Cina yaitu ngo hiong yang terdiri dari lima jenis rempah. Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di Cina, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah buah yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8 meter. Ia mempunyai bunga yang cantik berwarna kuning. Bunga lawang berkembang-biak melalui biji benih. Buahnya dipetik sebelum ranum dan dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.
Pekak atau bunga lawang mempunyai nama latin Illicium verum.diantaranya adalah:
Di beberapa negara dan daerah, pekak memiliki nama yang berbeda, Orang keturunan Tionghoa di Jawa menyebutnya pekak.Orang Bali memanggilnya dengan sebutan bunga lawang.Sedangkan negara Eropa menyebutnya star anise karena bentuknya menyerupai bintang.Di Italia disebut anice stellato.Masyarakat Jerman menyebutnya Sternanis.Sedangkan dalam Bahasa Cina adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak.
1.2.  TUJUAN
1.Untuk mengetahui klasifikasi dan karakteristik bunga lawang
2.Untuk mengetahui produksi dan panen bunga lawang
3.Untuk mengetahui teknologi pasca panen bunga lawang
4. Untuk mengetahui penyimpanan dan modifikasi atmosfer
5. Untuk mengetahui kegunaan bunga lawang



















II.       PEMBAHASAN
2.1.          KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK BUNGA LAWANG
A.  KLASIFIKASI
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
I. verum
Illicium verum
Hook.f.

B.  KARAKTERISTIK
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah rempah yang memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di dalam masakan negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu tradisional masakan Cina yaitu ngo hiong yang terdiri dari lima jenis rempah. Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di Cina, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah buah yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8 meter. Ia mempunyai bunga yang cantik berwarna kuning. Bunga lawang berkembang-biak melalui biji benih. Buahnya dipetik sebelum ranum dan dikeringkan dengan bantuan cahaya matahari.

GAMBAR.1. BUNGA LAWANG YANG SUDAH MATANG
2.2.          PRODUKSI DAN PANEN BUNGA LAWANG
Produksi Bunga Lawang Berupa Bunga serta Biji, bunga dan biji tersebut di olah untuk menjadi rempah. Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkeh. Bunga lawang juga banyak dipakai dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari. Bangsa Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga banyak memakai bunga lawang untuk penyedap masakan. Di Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah yang memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Padang, masakan Jawa, dan Bali.
Selain menyedapkan masakan, bunga lawang juga memiliki khasiat kesehatan. Bumbu ini baik untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu digunakan juga untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit sendi. Bunga lawang juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti jamu dan campuran minum teh. Salah satunya adalah minuman teh khas Thailand yang merupakan campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang. Teh dari bunga lawang juga bisa dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi gejala mual-mual bagi ibu yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat (shikimic acid) dalam bunga lawang membuat rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat obat antiflu burung, tamiflu. Hal ini menyebabkan stoknya sempat menghilang dari pasaran dan harganya melambung.
2.3.          TEKNOLOGI PASCA PANEN
Teknologi pascapanen merupakan suatu perangkat yang digunakan dalam upaya peningkatan kualitas penanganan dengan tujuan mengurangi susut karena penurunan mutu produk yang melibatkan proses fisiologi normal dan atau respon terhadap kondisi yang tidak cocok akibat perubahan lingkungan secara fisik, kimia, dan biologis. Teknologi pascapanen diperlukan untuk menurunkan atau bila mungkin menghilangkan susut pascapanen. Susut pascapanen produk hortikultura berkisar antara 15% hingga 25% tergantung pada jenis produk dan teknologi pascapanen yang digunakan.
Dalam rangka pengembangan produk hilir tanaman perkebunan yang berdaya saing, berinovasi teknologi, serta berorientasi pasar dan berbasis sumberdaya lokal, maka pengembangan penanganan pascapanen haruslah dipandang sebagai satu bagian dari suatu sistem secara keseluruhan, dimana setiap mata rantai penanganan memiliki peran yang saling terkait. Produk hasil perkebunan seperti juga produk pertanian secara umum, setelah dipanen masih melakukan aktifitas metabolisme sehingga jika tidak ditangani dengan segera akan mengakibatkan kerusakan secara fisik dan kemik. Sifat mudah rusak (perishable) dari produk mengakibatkan tingginya susut pascapanen
Penanganan pascapanen, yang merupakan tahap selanjutnya, adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sejak produk dipanen sampai siap dikonsumsi (untuk produk segar) atau sampai siap diolah (sebagai bahan produk olahan).
Skema umum sistem penanganan pascapanen produk hortikultura diperlihatkan pada Gambar 2. Untuk buah-buahan misalnya, operasi utama adalah panen, pengemasan, transportasi, dan distribusi ke para pedagang pengecer. Suatu jenis operasi harus diperhitungkan dan dikaji dengan baik manakala operasi tersebut menimbulkan suatu dampak yang buruk terhadap produk, yaitu penurunan mutu. Pada tahap pemanenan, kondisi, ketuaan, dan cara panen adalah faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan untuk memperoleh mutu produk yang prima. Setelah dipanen, dilakukan penanganan di lapangan seperti sortasi dan pemutuan dan juga pengemasan, atau produk langsung dibawa ke rumah pengemasan dimana prapendinginan, pencucian, pelilinan, pematangan, sortasi dan pemutuan, pengemasan, penyusunan kemasan, dan penyimpanan dilakukan, seringkali dengan menggunakan peralatan mekanis yang mungkin merupakan bagian dari fasilitas di rumah pengemasan. Produk yang dikemas kemudian diangkut ke industri pengolahan pangan untuk diolah, ke gudang untuk disimpan, atau langsung dipasarkan melalui para pedagang pengecer.
 Gambar 2. Skema umum sistem penanganan pascapanen produk hortikultura
Dengan demikian sistem penanganan pascapanen produk hortikultura bervariasi tergantung pada jenis produk, tujuan penggunaan produk, jenis teknologi yang tersedia, dan daya terima oleh konsumen.
Di Indonesia, teknologi pascapanen dalam penanganan produk hortikultura belum diterapkan dengan baik, meskipun secara teknis teknologi tersebut mudah untuk diterapkan oleh para pelaku agribisnis hortikultura. Teknologi pascapanen masih diterapkan secara parsial, yaitu dipilih hanya yang biaya investasinya kecil atau hampir tidak ada, atau bila secara ekonomis menguntungkan. Hal ini didasari kenyataan bahwa konsumen produk hortikultura secara umum belum bersedia membayar untuk produk hortikultura yang ditangani menggunakan teknologi yang seharusnya. Artinya, konsumen hortikultura belum bersedia membayar lebih untuk produk hortikultura yang lebih baik penanganannya. Jadi, bagi konsumen hortikultura, lebih baik mendapatkan produk dengan kualitas biasa dengan harga murah, daripada membayar lebih untuk produk berkualitas prima.
Secara umum, masalah penerapan teknologi maju dalam penanganan pascapanen hasil perkebunan masih banyak ditemui disekitar mata rantai pemasaran dan lebih banyak lagi ditemui pada tingkat daerah sentra produksi (farm). Di negara maju, penerapan teknologi pascapanen ini hampir secara penuh dapat diintrodusir mulai dari tingkat produksi, pada seluruh mata rantai hingga tingkat pemasaran/konsumen.
Beberapa masalah lain yang erat kaitannya dengan teknologi pascapanen antara lain: (i) kesenjangan dan keterbelakangan dalam memproduksi bibit/benih unggul di dalam negeri, (ii) kesenjangan dalam inovasi teknologi, baik dalam teknologi pengembangan peralatan pascapanen maupun informasi teknologi penanganan pascapanen itu sendiri, (iii) rendahnya pengertian masyarakat umum dalam hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pascapanen, misalnya tentang susut pascapanen sehingga berakibat kurangnya perhatian terhadap masalah mutu, (iv) belum sempurnanya infrastruktur yang menunjang sistem distribusi dan transportasi hasil perkebunan rakyat, (v) masih kecilnya margin yang diperoleh untuk menutupi biaya operasi penanganan pascapanen, dan (vi) keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan petani dan petugas penyuluh lapang akan teknologi pascapanen.
Selain itu, ciri usaha perkebunan juga berpengaruh terhadap pemilihan teknologi pascapanen serta kesesuaian varietas tanaman perkebunan. Ciri-ciri usaha perkebunan adalah: (i) biasanya tanaman bersifat tahunan sehingga diperlukan waktu yang lama hingga berproduksi, sementara peralatan pascapanen tidak dioperasikan sehingga pada saat diperlukan sudah tidak optimal lagi, (ii) komoditas bersifat curah (bulk product) dan dalam kuantitas yang besar sehingga diperlukan disain alat bongkar-muat dang angkut yang besar dan kuat, (iii) produk berorientasi ekspor/pasar internasional sehingga akan berhadapan dengan sistem pasar bebas sehingga diperlukan kebijakan yang berpihak pada masyarakat perkebunan (petani), dan (iv) diperlukan tata ruang yang besar dan melibatkan petani/pekebun dalam jumlah besar, oleh karena itu kegiatan pascapanen dapat dilakukan sebagai usaha pedesaan.
Secara permasalahan yang masih dijumpai banyak dalam penaganan pascapanen produk hortikultura antara lain:
1.     Masing-masing daerah sentra produksi tidak mempunyai jadwal panen untuk saling mengisi, sehingga produk seringkali membanjiri pasar pada saat yang bersamaan sehingga harga jatuh (terutama terjadi pada buah musiman).
2.    Panen tidak dilakukan pada waktu yang tepat sesuai dengan kondisi produk, tetapi lebih dipicu oleh harga yang berfluktuasi sehingga produk adakalanya belum mencapai kondisi optimum (misalnya buah yang masih terasa masam meskipun sudah masak), atau malah lewat kondisi optimum akibat penundaan sehingga mudah membusuk.
3.    Penanganan dilakukan dengan kasar, bahkan dilempar, ditekan terlalu keras saat pengemasan, dan lain sebaginya.
Kemasan untuk pengangkutan menggunakan bahan seadanya sehingga tidak mampu melindungi produk yang dikemas selama pengangkutan.  Pemuatan berlebihan pada kendaraan saat pengangkutan sehingga produk akan berdesakan dan menerima beban tekan yang berat. Ditambah kondisi jalan yang banyak berlubang, maka akan menimbulkan banyak memar pada produk hortikultura yang diangkut. Pengangkutan dilakukan menggunakan mobil bak terbuka sehingga produk terekspos sinar matahari dan mempercepat proses penurunan mutu.
2.4.          PENYIMPANAN DAN MODIFIKASI ATMOSFIR
a.       penyimpanan
penyimpanan produk pertanian di dalam wadah yang dibuat sedemikian rupa sehingga produk didalamnya terlindung dari pertukaran gas atau air dari luar. Bentuk penyimpanan domestic dan komersial. penyimpanan domestic bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehingga waktu panen berikutnya dan untuk penyimpanan benih ,disamping untuk penyimpanan sebelumbahan dijual di pasaran.
b.      Teknik penyimpanan
Penyimpanan dengan system aerasi
            Kadar air rempah di katakana normal,jika rempah tersebut dapat disimpan dengan aman.artinya kadar air rempah berada pada atau dibawah keseimbangan kadar air pada grafik sorpsi isotherm(13-14%).
Sebelum disimpan,rempah dibersihkan,dikeringkan dan didisinfektasikan.rempah dapat disimpan dalam plastic atau goni.
            Pada kondisi pengeringan dilakukan pemanasan udara sampai 5-10C di atas suhu awalnya,untuk menurunkan kelembaban relative sekitar 30%,dan memaksanya keluar dari hasil pertanian dengan cara yang sama seperti ventilasi mekanik.
            Modifikasi atmosfer
System ini hampir sama dengan penyimpanan hermetis tergantung dari komposisi dan jenis gas di dalam atmosfer intergranulasi. Modifikasi yang sering dilakukan yaitu dengan menambahkan gas karbon,nitrogen atau dapat juga penambahan campuran CO2 dan nitrogen,dengan disertai penurunan kadar oksigen.penyimpanan dengan cara tersebut di atas memerlukan peralatan yang canggih,akan tetapi teknik ini cenderung berkembang pada masa yang akan dating.
    








2.5.          KEGUNAAN BUNGA LAWANG
Bunga lawang dijadikan rempah untuk menjadi penyedap rasa untuk makanan, sama seperti kulit kayu manis dan bunga cengkeh. Bunga lawang juga banyak dipakai dalam masakan India yang kaya rempah misalnya untuk kari. Bangsa Thailand, Vietnam, dan Indonesia juga banyak memakai bunga lawang untuk penyedap masakan. Di Indonesia, bumbu ini digunakan di beberapa daerah yang memiliki ciri khas masakan berbumbu tajam. Misalnya saja gulai Aceh, Rendang Padang, masakan Jawa, dan Bali.
Selain menyedapkan masakan, bunga lawang juga memiliki khasiat kesehatan. Bumbu ini baik untuk mengatasi gangguan pencernaan dan memiliki fungsi diuretik atau melancarkan saluran kencing. Selain itu digunakan juga untuk pengobatan tradisional di Asia, contohnya untuk sakit sendi. Bunga lawang juga sering dimanfaatkan untuk minuman tradisional seperti jamu dan campuran minum teh. Salah satunya adalah minuman teh khas Thailand yang merupakan campuran teh hitam dan bubuk bunga lawang. Teh dari bunga lawang juga bisa dijadikan obat batuk. Minyaknya juga bisa mengurangi gejala mual-mual bagi ibu yang sedang mengandung. Kandungan asam shikimat (shikimic acid) dalam bunga lawang membuat rempah ini dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuat obat antiflu burung, tamiflu. Hal ini menyebabkan stoknya sempat menghilang dari pasaran dan harganya melambung.

·         Dalam pengobatan tradisional China, bunga lawang biasa diresepkan sebagai obat untuk mengatasi masalah pencernaan, meningkatkan kesehatan organ reproduksi perempuan serta membantu ibu menyusui untuk meningkatkan suplai ASI.
·         Sifat antibakteri dan antijamur yang dimiliki bunga lawang berguna dalam pengobatan asma, bronchitis, dan batuk kering. Untuk itu, tak mengherankan banyak produk obat batuk yang menggunakan tanaman ini sebagai salah satu bahannya.
·         Aroma bunga lawang yang menenangkan bisa membuat tidur lebih baik dan nyenyak.
·         Minyak bunga lawang berguna mengatasi rematik dan nyeri punggung bagian bawah.
·         Tanaman ini juga isa digunakan sebagai penyegar napas alami.
·         Shikimic asam, salah satu senyawa dalam bunga lawang digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan influenza atau virus flu.
·         Sementara itu, linalool, senyawa lainnya pada bunga lawang mengandung sifat antioksidan sehingga sangat baik untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. (Pri/OL-06)













III.     PENUTUP
3.1.          Kesimpulan
Bunga lawang atau Kembang Lawang atau pekak adalah rempah yang memiliki rasa yang mirip dengan Adas manis. Rempah ini banyak digunakan di dalam masakan negara-negara Asia. Bunga lawang adalah salah satu bumbu tradisional masakan Cina yaitu ngo hiong yang terdiri dari lima jenis rempah. Nama Bunga Lawang dalam Bahasa Tionghoa adalah ba jiao atau bat gok yang memiliki arti "delapan tanduk", sesuai dengan bentuknya yang memiliki delapan kelopak. Bunga Lawang mempunyai bau khas yang kuat. Dari asalnya di Cina, rempah ini mulai diperkenalkan di Eropa pada awal abad ke-17 dan sejak saat itu mulai meraih popularitas. Minyak yang dihasilkan dijadikan bahan perisa dalam minuman. Bunga Lawang sebenarnya bukannya bunga, ia adalah buah yang dihasilkan oleh sejenis pohon kecil. Tinggi pohonnya bisa mencapai 8 meter.
3.2.          Saran
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita khusus tentang bunga lawang. Penulis berharap dengan makalah ini kita sebagai mahasiswa agar lebih giat lagi belajar menulis suatu karya yang bisa bermanfaat untuk smua orang.






DAFTAR PUSTAKA
Adams,J.M.1997. A review of literature concerning losses in store cereal and pulses, published since 1964. Trop. Sci.,19 (1) :1-28.
Anderson,J.A. dan A.W. Alcock. 1954. Sorange of cereal grains and their products. American assosiation of cereal chemists. St. Paul, Minnesota.
Beuchat, L.R. 1981. Microbial stability as effected by water activity. Cereal foods World, 27 (7) : 245-349.
Burges, H.D., N.J. Burrel, 1964. Cooling bulk grain in the British climate to control insects and imfrove keeping quality. J.Sci.Food Agric.15:32-50.
Christensen, C.M., Kaufman, 1974. Microflora. In: christensen,C.M., Chemists, Monograph Series, Vol.5, Chapter 4:158-193, St. Paul, Minnesota.
http//www. bunga lawang.com tanggal 1 juni 2013 jam 20.00 wib
http/ www.  klasifikasi bunga lawang tanggal 1 juni 2013 jam 20.00 wib


Tidak ada komentar:

Posting Komentar