JENIS-JENIS AYAM DI INDONESIA
DISUSUN OLEH
INDRA JONI
JURUSAN
ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF
KASIM
PEKANBARU
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar tanpa
ada halang rintang yang menganggu. Kami juga mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini, baik itu secara material ataupun spiritual, karena tanpa bantuan pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini maka makalah ini tidak akan
selesai dengan baik .
Kami
menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi pembaca dan generasi penerus bangsa Indonesia .
Pekanbaru,
10 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar........................................................................................................... i
Daftar
isi.................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.1 Jenis-Jenis Ayam Hutan ................................................................................... 2
2.2 Jenis-Jenis Ayam Kampung.............................................................................. 6
2.3 Jenis-Jenis Ayam Aduan di Indonesia.............................................................. 15
2.4 Ayam Ras Pedaging.......................................................................................... 17
BAB
III PENUTUP.................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 18
3.2 Saran................................................................................................................. 18
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 19
BAB
I
PENDAHULUAN
Ayam
atau nama latinya Gallus gallus domesticus adalah jenis unggas paling populer
untuk diternakan. Selain mudah perawatanya ayam juga mudah sekali untuk
dikembang biakan. Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras
(buras, atau kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah
itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha komersial
massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok ayam buras
terdapat pula ras lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan untuk usaha
komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan
(dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara ritual.
Indonesia memili Kekayaan hayati
yang sangat luar biasa, diantaranya adalah keanekaragaman plasma nutfah ayam
lokal. Menurut penelitian Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Indonesia memiliki 15
jenis plasma nutfah ayam lokal yang keberadaannya benar-benar asli Indonesia.
Meski demikian di luar 15 jenis tersebut masih banyak lagi yang belum
teridentifikasi. Jenis ayam lokal tersebut di antaranya ialah ayam Cemani, ayam
Kapas, ayam Pelung, ayam Arab Golden, ayam Merawang, ayam Arab Silver, ayam
Kedu, ayam Kedu Putih, ayam Kate, ayam Gaok, ayam Sentul, ayam Wareng, ayam
Tolaki, ayam Kalosi, dan ayam Nunukan. Namun, diluar itu masih banyak jenis
ayam lokal yang dimiliki oleh negeri tercinta ini.
Akankah keanekaragaman ayam lokal
tersebut akan punah begitu saja atau bahkan diakui sebagai milik negara lain?
Dalam penulisan makalah ini, kami ingin menghadirkan keberagaman dan keanekaragaman
dari ayam lokal. Sedikit menghadirkan informasi yang mungkin bermanfaat
menambah pengetahuan kita akan banyaknya jenis ayam lokal yang dimiliki oleh
negara Indonesia.
Ayam lokal Indonesia dari jenis ayam
hutan merah (gallus gallus) ternyata merupakan nenek moyang ayam dunia. Jenis
ayam hutan di seluruh dunia ada empat spesies. Dua spesies di antaranya berada
di Indonesia, yakni ayam hutan merah dan hijau. Ayam hutan merah merupakan
salah satu jenis ayam hutan yang sudah didomestikasi di Indonesia. Penyebaran
ayam dengan warna bulu dominan hitam dan merah ini berada di hutan Sumatra dan
Jawa.
Selain ayam hutan merah, di
Indonesia juga memiliki salah satu jenis ayam hutan hijau. Ayam hutan hijau
yang sering dikenal sebagai bekisar penyebarannya mencapai hutan Nusa Tenggara,
Flores, dan juga hutan di Jawa.
BAB II
PEMBAHASAN
|
||||||||||||||||
Gallus
gallus domesticus
|
1.1
Jenis-Jenis
Ayam Hutan
Ayam hutan adalah nama umum bagi
jenis-jenis ayam liar yang hidup di hutan. Dalam bahasa Jawa disebut dengan
nama ayam alas, dalam bahasa Madura ajem alas, dan dalam bahasa Inggris
junglefowl; semuanya merujuk pada tempat hidupnya dan sifatnya yang liar.
Ragam Jenis dan penyebarannya ada empat spesies ayam hutan yang menyebar mulai dari India, Sri Lanka sampai ke Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Keempat spesies itu adalah:
Ragam Jenis dan penyebarannya ada empat spesies ayam hutan yang menyebar mulai dari India, Sri Lanka sampai ke Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Keempat spesies itu adalah:
1. Ayam
hutan merah (Gallus gallus Red junglefowl)
Ayam-hutan merah atau dalam nama ilmiahnya Gallus gallus adalah sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78cm, dari suku Phasianidae. Ayam betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 46cm. Ayam-hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka merah, iris coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bawah tubuh berwarna hitam mengilap. Dikepalanya terdapat jengger bergerigi dan gelambir berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14 sampai 16 bulu berwarna hitam hijau metalik, dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Kaki berwarna kelabu dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu-bulu yang pendek, berwarna coklat tua kekuningan dengan garis-garis dan bintik gelap. Ayam-hutan merah tersebar luas di hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia, dari Himalaya, Republik Rakyat Cina selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Ada lima subspesies yang dikenali. Di Indonesia, subspesies G. g. bankiva ditemukan di Jawa, Bali dan Sumatra.
2. Ayam
Hutan Srilangka (Gallus Lafayetii Srilangka junglefowl)
3. Ayam Hutan Kelabu (Gallus Sonneratii Grey junglefowl)
Ayam hutan kelabu atau Gallus sonneratii adalah salah satu dari empat spesies ayam hutan. Ayam ini berukuran sedang, dengan panjang sekitar 80cm, dari suku Phasianidae. Ayam betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 38cm. Ayam hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel berwarna kelabu berbintik hitam-putih dengan kulit muka merah, bercak putih di telinga, paruh kuning kecoklatan, iris mata kuning, ekor hitam keunguan dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Sisi bawah tubuh berwarna kelabu bergaris putih dan kakinya berwarna kuning kemerahan terang dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu-bulu yang pendek, berwarna coklat tua dengan bulu-bulu seperti sisik berwarna putih kecoklatan di bagian sisi bawah tubuh.
Ayam hutan kelabu tersebar dan
endemik di hutan tropis bercuaca kering di India bagian tengah, barat dan
selatan. Ayam betina biasanya menetaskan antara tiga sampai lima butir telur
berwarna putih atau putih kemerahan yang dierami oleh induk betina selama
kurang lebih tiga minggu.
4. Ayam
Hutan Hijau (Gallus Varius Green junglefowl)
Ayam hutan hijau adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.).
Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam
ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl,
Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal
tempatnya. Panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga
ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan, dan 42 cm pada yang betina.
Jengger pada ayam jantan tidak
bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di
tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan
tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa
bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi
bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil,
kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki
kekuningan atau agak kemerahan.
Ayam yang menyukai daerah terbuka
dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat
pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa
Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m
dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.
1.2 Jenis – Jenis Ayam Kampung
Ayam kampung adalah sebutan di
Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal
komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk
kepentingan komersial tersebut .Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus
domesticus. Aktifitas penternakan ayam kampung telah ada sejak jaman dahulu.
Sosok ayam kampung mudah dibedakan
dari ayam ras dan ayam buras lainnya. Pertama, corak dan warna bulunya yang
beragam menjadi ciri khas ayam kampung. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam
kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Bahkan, jika dipelihara
secara umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup
tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam
ras. Bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang memelihara ayam kampung, pasti
sudah tidak asing dengan sosok ayam ini.
Ayam kampung merupakan salah satu
jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok
nusantara . Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing .
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah
"ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan
berkeliaran bebas di sekitar perumahan . Namun demikian, semenjak dilakukan
program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat
ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung . Untuk membedakannya kini
dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi
ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik
budidaya (tidak sekedar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri).
Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung
ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap
lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah.
Jenis atau varietas dari ayam
kampung asli Indonesia adalah jenis ayam kampung terbanyak di dunia. Namun
sekarang ini banyak jenis-jenis ayam kampung asli Indonesia yang hampir punah.
Bahkan sudah ada beberapa jenis-jenis ayam kampung asli Indonesia yang punah.
Sejarah Perkembangan
Sejarah ayam kampung dimulai dari
generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus
gallus). Jenis ayam kampung sudah
dikenal sejak jaman Kerajaan Kutai. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah
satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat.
Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh
warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya. Di
samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat setempat.
Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah
dijumpai di tanah air. Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan
barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada. Bedanya, saat ini
perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis.
Varietas
Ayam kampung mempunyai banyak
varietas dan spesies, beberapa diantaranya yang penting yaitu :
1. Ayam Kedu
Nama ayam kedu berasal dari daerah
yang memang banyak dijumpai jenis ayam ini, yaitu Desa Kedu, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah. Ada dua pendapat mengenai asal ayam ini. Ada yang
percaya, ayam kedu merupakan ayam asli Pulau Jawa yang kemudian diekspor ke
Amerika pada tahun 1930-an dan dikenal dengan nama black Java breed (ayam hitam
asal Jawa). Namun, ada juga pendapat yang mengatakan ayam kedu merupakan ayam
hasil persilangan antara ayam dorking yang dibawa Raffles dengan ayam buras di
daerah Dieng. Jengger pada ayam jantan adalah tunggal bergerigi 5-7 buah dan
berdiri sedangkan pada betina jengger lebih kecil. Pial dan jengger yang semula
hitam berubah menjadi merah setelah mencapai umur 1 - 1.5 tahun.
Ayam ini memiliki ukuran standar
ayam biasa dengan jengger tunggal. Ayam kedu betina memiliki bobot sekitar 2-3
kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4 kg. Umur ayam kedu rata-rata 6-8 tahun.
Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur 138-195 hari. Produktivitas bertelur
ayam kedu sekitar 124 butir per tahun (34%). Namun, dengan pemeliharaan
intensif menggunakan kandang baterai, produktivitas dapat ditingkatkan.
Ayam kedu termasuk ayam buras yang
potensial dijadikan ayam petelur dan pedaging. Ayam kedu memiliki beberapa
jenis, di antaranya kedu hitam, kedu putih, dan kedu lurik atau blorok
(campuran). Produktivitas kedu hitam lebih tinggi daripada produktivitas kedu
putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam ada yang dikenal sebagai ayam
cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam, hingga
daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani dengan kualitas seperti ini sangat
langka dan banyak dijadikan ayam koleksi. Sementara jenis kedu hitam yang lain
(bukan cemani) hanya memiliki warna hitam di bagian bulunya.
Perbedaan mama kedu petelur dengan
kedu dwifungsi adalah bobot badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg,
sedangkan bobot betina kedu dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan
kedu petelur 2-2,5 kg, sedangkan bobot jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg.
Kelebihan lain ayam kedu adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta
tahan terhadap stres dan penyakit.
a. Ayam Kedu Hitam
Ayam kedu hitam mempunyai penampilan
fisik hamper hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak
terlalu hitam . Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna
kemerah-merahan . Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 Kg – 2,5 Kg,
sedangkan yang betinanya hanya 1,5 Kg . Ayam ini sering disamakan dengan ayam
cemani karena tampak serba hitam .
b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan
sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak
(langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok tubuh ayam
kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3 Kg- 3,5 Kg, sedangkan
yang betina dewasa berbobot antara 2 Kg- 2,5 Kg .
c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan
warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan
kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan . Jenggernya tegak berbentuk
wilah . Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 Kg . Sedangkan bobot
ayam kedu putih betina 1,2 Kg – 1,5 Kg [6].
d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan
warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan
kulit badannya berwarna putih . Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan
bobot ayam jantan dewasa 3 Kg-3,5 Kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 Kg-2,5Kg .
2. Ayam Nunukan
Ayam ini merupakan jenis ayam buras
yang potensial sebagai ayam petelur. Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Nama
ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini, yaitu
di Tarakan dan Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk ayam
nunukan adalah ayam cina karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari
daratan Cina bagian selatan. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya
merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang
sempurna . Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih
kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk
wilah dan bergerigi delapan . Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung
berbulu kapas . Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4 Kg – 4,2 Kg,
sedangkan yang betina 1,6 Kg – 1,9 Kg . Ciri ayam betina nunukan yang memiliki
produktivitas bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang. Bobot
betina nunukan dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130
butir per tahun (sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir.
Masa bertelurnya cukup lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa
ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif.
Berbeda dengan betinanya, ayam
nunukan jantan memiliki bulu sayap dan ekor yang pertumbuhannya tidak sempurna.
Bulu ekornya sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri lain nunukan jantan
adalah perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg saat
dewasa. Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah.
Jenggernya tunggal bergerigi delapan dan runcing.
3. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan jenis ayam
buras yang awalnya banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cianjur
dan Sukabumi. Namun, saat ini sudah banyak tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.
Ayam pelung memiliki sosok tubuh
besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol . Kakinya panjang, kuat, dan
pahanya berdaging tebal . Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah
yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah . Ayam pelung
betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan baik
Ayam pelung jantan termasuk jenis
ayam buras dengan bobot paling besar di antara jenis ayam buras lainnya.
Bobotnya mencapai 3,50-5,50 kg/ekor. Pada masa lalu bahkan mencapai 7,5
kg/ekor. Sementara itu, bobot betinanya maksimum 3,5 kg/ekor. Besarnya
pertumbuhan bobot ayam ini menjadikan ayam pelung berpotensi sebagai ayam buras
pedaging. Ayam pelung betina mulai bertelur pada umur 165-210 hari.
Produktivitas bertelurnya mencapai 68 butir per tahun dengan bobot telur
sekitar 42 gram per butir.
Ayam pelung. Berpotensi sebagai ayam
pedaging, tetapi hingga saat ini lebih sering dipelihara sebagai ayam klangenan
karena memiliki suara yang nyaring dan panjang
4. Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal
dari Sumatra Barat . Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran
tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar
. Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah.
Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil
dan berwarna hitam . Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna
merah . Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang
jarang . Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg .
5. Ayam Belenggek
Ayam belenggek berasal dari Sumatra
Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok . Ayam ini pandai berkokok dengan
suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12
suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya .
6. Ayam Gaok
Ayam gaok bersal dari madura dan
Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep . Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya
memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di
Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4
Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh
besar, tegap dan gagah . Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah,
dengan pial yang besar dan warnanya merah . Kakinya berwarna kuning . Bulunya
didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang
berwarna lain, seperti merah dan hitam .
7. Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan ayam lokal
yang banyak terdapat di daerah Bangka Belitung. Meskipun merupakan ayam asli
dari Cina, ayam merawang sudah dipelihara cukup lama oleh masyarakat Bangka
Belitung sehingga menjadi aset dan unggas lokal unggulan.
Ayam merawang memiliki warna bulu
yang seragam, yaitu cokelat kemerahan hingga keemasan. Penampilannya mirip
dengan ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai ayam
petelur. Daya tetas telurnya cukup tinggi, mencapai 86,4%.
Ayam merawang. meskipun merupakan
ayam asli dari Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di
daerah Bangka Belitung
8. Ayam Sentul
Ayam sentul merupakan ayam lokal
yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam yang semula
banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang dimanfaatkan sebagai ayam petelur
atau pedaging.
Penampilan fisik ayam sentul mirip
dengan ayam bangkok. Bentuk jengger dan pialnya cukup besar dan lebar. Ada lima
variteas ayam sentul berdasarkan warna bulunya, yaitu sentul emas, sentul debu,
sentul jambe, sentul batu, dan sentul kelabu. Produksi bertelur ayam sentul
sekitar 10-18 butir per periode dengan bobot setiap telur sekitar 43 gram.
Fertilitas telur ayam sentul cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas
hingga 78,2%.
9. Ayam Tolaki
Ayam Tolaki, ayam ini berasal dari
sulawesi tenggara. ada juga yang menyebutnya ayam butan atau ayam buras hutan.
bobot nya sekitar 2kg. ayam tolaki jantan dewasa memiliki kaki panjang dan
kokoh, sisik kakinya kecil kecil rata dan coklat kehitaman.
10. Ayam Turi
11. Ayam Ayunai
12. Ayam Ketawa
13. Ayam Panggalo
1.3
Jenis jenis ayam aduan di Indonesia
dari atas
– ayam bangkalan, ayam sumatera, dan ayam ciparage
1. ayam
sumatera, ayam jenis ini memiliki karakter yang garang dan pandai berlaga. Ayam
jenis sumatera memiliki bentuk badan yang atletis. dada bidang, kekar, dan
tegap. Bobot ayam dewasa sekitar 2 kg, sedang ayam betina dewasa sekitar 1,5
kg. leher ayam jantan agak pendek, tetapi tegak lurus dan ditutupi bulu tebal.
bulu leher tidak menutupi bahu.
2. ayam
bangkalan, banyak yang menganggap ayam bangkalan adalah ayam turunan dari ayam aduan milik Bupati cakraningrat I dari
bangkalan, madura.Ayam jenis ini memiliki ketajaman pukulan tajinya yang sering
melesat langsung ke mata lawan. ukuran nya tak begitu besar sekitar 2,5 kg.
kepala oval memanjang, mata agak tersenbunyi dan berwarna kuning kemerahan,
paruh lebar, besar, sedikit melengkung
3. ayam
Ciparage, ayam ini konon adalah ayam keturunan piaraan Adipati Singaperbangsa
di karawang (jawa barat). aslinya ada dua macam warna yaitu jalak(hitam seperti
burung jalak) dan jali emas(coklat keemasan). bobotnya sekitar 2 -2,5 kg.
Dari atas
– ayam tolaki, ayam bali, dan ayam banten
1. ayam
banten, merupakan ayan aduan dari daerah banten(jawa barat) bobot ayam dewasa
sekitar 2kg. kepalanya oval, paruh besar, agak panjang, runcing, dan berwarna
kuning pucat, jengger tunggal, kebanyakan berbentuk “sumple” berukuran sedang
dan merah pucat.
2. ayam
bali, ayam jenis ini adalah ayam aduan yang sering di sabung(diadu) sampai
mereka mati, karena menggunakan taji besi dalam event aduan nya.bobot ayam ini
sekitar 2,5 kg berbadan ramping, padat, posisi berdiri membentuk sudut 60
derajat. bulu ayambali pada sayap besar, kaku, dan berwarna hitam mengkilap.
bulunya kecil kecil berwarna kuning, putih, coklat atau merah.
3. ayam
Tolaki, ayam ini berasal dari sulawesi tenggara. ada juga yang menyebutnya ayam
butan atau ayam buras hutan. bobot nya sekitar 2kg. ayam tolaki jantan dewasa
memiliki kaki panjang dan kokoh, sisik kakinya kecil kecil rata dan coklat
kehitaman.
1.4
Ayam Ras
Pedaging
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemerintah mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
Ayam ras pedaging yang sehari-hari kita mengenalnya dengan sebutan ayam broiler, merupakan jenis ayam ras unggulan hasil dari persilangan ras ayam yang memiliki produktivitas dan ketahanan tinggi,terutama dalam produktivitas daging. Hanya dalam 5 - 6 minggu saja jenis ayam ini bisa dipanen, karena masa pemeliharaan yang relatif singkat ayam jenis ini sangat digemari oleh peternak tidak heran jika setiap tahunya muncul peternak-peternak musiman di wilayah Indonesia. Namun saat isu flu burung masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 2005 produksi ayam jenis ini sempat menurun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Indonesia memili Kekayaan hayati
yang sangat luar biasa, diantaranya adalah keanekaragaman plasma nutfah ayam
lokal. Menurut penelitian Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Indonesia memiliki 15
jenis plasma nutfah ayam lokal yang keberadaannya benar-benar asli Indonesia.
Meski demikian di luar 15 jenis tersebut masih banyak lagi yang belum
teridentifikasi. Jenis ayam lokal tersebut di antaranya ialah ayam Cemani, ayam
Kapas, ayam Pelung, ayam Arab Golden, ayam Merawang, ayam Arab Silver, ayam
Kedu, ayam Kedu Putih, ayam Kate, ayam Gaok, ayam Sentul, ayam Wareng, ayam
Tolaki, ayam Kalosi, dan ayam Nunukan. Namun, diluar itu masih banyak jenis
ayam lokal yang dimiliki oleh negeri tercinta ini. Untuk itu marilah kita
pelajari jenis-jenis ayam lokal yang ada di Indonesia.
3.2 Saran
Dalam makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis ingin mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar melengkapi atau memperbaiki kesalahan dan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar