Rabu, 24 April 2013

JENIS-JENIS AYAM DI INDONESIA




JENIS-JENIS AYAM DI INDONESIA


DISUSUN OLEH
INDRA JONI

JURUSAN  ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
PEKANBARU
2012























KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar tanpa ada halang rintang yang menganggu. Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini, baik itu secara material ataupun spiritual, karena tanpa bantuan pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini maka makalah ini tidak akan selesai dengan baik .
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan generasi penerus bangsa Indonesia .


Pekanbaru, 10 November 2012

Penulis








DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................... i
Daftar isi.................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 2
2.1    Jenis-Jenis Ayam Hutan ................................................................................... 2
2.2    Jenis-Jenis Ayam Kampung.............................................................................. 6
2.3    Jenis-Jenis Ayam Aduan di Indonesia.............................................................. 15
2.4    Ayam Ras Pedaging.......................................................................................... 17
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 18
3.1    Kesimpulan....................................................................................................... 18
3.2    Saran................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 19





























BAB I
PENDAHULUAN

Ayam atau nama latinya Gallus gallus domesticus adalah jenis unggas paling populer untuk diternakan. Selain mudah perawatanya ayam juga mudah sekali untuk dikembang biakan. Di Indonesia dikenal istilah ayam ras dan ayam bukan ras (buras, atau kampung). Dalam pengertian "ayam ras" menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan untuk usaha komersial massal, seperti Leghorn ("lehor"). Ke dalam kelompok ayam buras terdapat pula ras lokal ayam yang khas namun tidak dikembangkan untuk usaha komersial massal. Ayam-ayam ras lokal demikian sekarang mulai dikembangkan (dimurnikan) sebagai ayam sabung, ayam timangan (pet), atau untuk acara ritual.
Indonesia memili Kekayaan hayati yang sangat luar biasa, diantaranya adalah keanekaragaman plasma nutfah ayam lokal. Menurut penelitian Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Indonesia memiliki 15 jenis plasma nutfah ayam lokal yang keberadaannya benar-benar asli Indonesia. Meski demikian di luar 15 jenis tersebut masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Jenis ayam lokal tersebut di antaranya ialah ayam Cemani, ayam Kapas, ayam Pelung, ayam Arab Golden, ayam Merawang, ayam Arab Silver, ayam Kedu, ayam Kedu Putih, ayam Kate, ayam Gaok, ayam Sentul, ayam Wareng, ayam Tolaki, ayam Kalosi, dan ayam Nunukan. Namun, diluar itu masih banyak jenis ayam lokal yang dimiliki oleh negeri tercinta ini.
Akankah keanekaragaman ayam lokal tersebut akan punah begitu saja atau bahkan diakui sebagai milik negara lain? Dalam penulisan makalah ini, kami ingin menghadirkan keberagaman dan keanekaragaman dari ayam lokal. Sedikit menghadirkan informasi yang mungkin bermanfaat menambah pengetahuan kita akan banyaknya jenis ayam lokal yang dimiliki oleh negara Indonesia.
Ayam lokal Indonesia dari jenis ayam hutan merah (gallus gallus) ternyata merupakan nenek moyang ayam dunia. Jenis ayam hutan di seluruh dunia ada empat spesies. Dua spesies di antaranya berada di Indonesia, yakni ayam hutan merah dan hijau. Ayam hutan merah merupakan salah satu jenis ayam hutan yang sudah didomestikasi di Indonesia. Penyebaran ayam dengan warna bulu dominan hitam dan merah ini berada di hutan Sumatra dan Jawa.
Selain ayam hutan merah, di Indonesia juga memiliki salah satu jenis ayam hutan hijau. Ayam hutan hijau yang sering dikenal sebagai bekisar penyebarannya mencapai hutan Nusa Tenggara, Flores, dan juga hutan di Jawa.














BAB II

PEMBAHASAN




Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Upaspesies:
G. g. domesticus
Gallus gallus domesticus




1.1   Jenis-Jenis Ayam Hutan
Ayam hutan adalah nama umum bagi jenis-jenis ayam liar yang hidup di hutan. Dalam bahasa Jawa disebut dengan nama ayam alas, dalam bahasa Madura ajem alas, dan dalam bahasa Inggris junglefowl; semuanya merujuk pada tempat hidupnya dan sifatnya yang liar.
            Ragam Jenis dan penyebarannya ada empat spesies ayam hutan yang menyebar mulai dari India, Sri Lanka sampai ke Asia Tenggara termasuk Kepulauan Nusantara. Keempat spesies itu adalah:


1. Ayam hutan merah (Gallus gallus Red junglefowl)

 
            Ayam-hutan merah atau dalam nama ilmiahnya Gallus gallus adalah sejenis burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 78cm, dari suku Phasianidae. Ayam betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 46cm. Ayam-hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel yang panjang meruncing berwarna kuning coklat keemasan dengan kulit muka merah, iris coklat, bulu punggung hijau gelap dan sisi bawah tubuh berwarna hitam mengilap. Dikepalanya terdapat jengger bergerigi dan gelambir berwarna merah. Ekornya terdiri dari 14 sampai 16 bulu berwarna hitam hijau metalik, dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah.  Kaki berwarna kelabu dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu-bulu yang pendek, berwarna coklat tua kekuningan dengan garis-garis dan bintik gelap. Ayam-hutan merah tersebar luas di hutan tropis dan dataran rendah di benua Asia, dari Himalaya, Republik Rakyat Cina selatan, Asia Tenggara, hingga ke Sumatra dan Jawa. Ada lima subspesies yang dikenali. Di Indonesia, subspesies G. g. bankiva ditemukan di Jawa, Bali dan Sumatra.
2. Ayam Hutan Srilangka (Gallus Lafayetii Srilangka junglefowl)
 
 
3. Ayam Hutan Kelabu (Gallus Sonneratii Grey junglefowl)

 
            Ayam hutan kelabu atau Gallus sonneratii adalah salah satu dari empat spesies ayam hutan. Ayam ini berukuran sedang, dengan panjang sekitar 80cm, dari suku Phasianidae. Ayam betina berukuran lebih kecil, dengan panjang sekitar 38cm. Ayam hutan jantan memiliki bulu-bulu leher, tengkuk dan mantel berwarna kelabu berbintik hitam-putih dengan kulit muka merah, bercak putih di telinga, paruh kuning kecoklatan, iris mata kuning, ekor hitam keunguan dengan bulu tengah ekor yang panjang dan melengkung ke bawah. Sisi bawah tubuh berwarna kelabu bergaris putih dan kakinya berwarna kuning kemerahan terang dengan sebuah taji. Ayam betina memiliki kaki tidak bertaji, bulu-bulu yang pendek, berwarna coklat tua dengan bulu-bulu seperti sisik berwarna putih kecoklatan di bagian sisi bawah tubuh.
Ayam hutan kelabu tersebar dan endemik di hutan tropis bercuaca kering di India bagian tengah, barat dan selatan. Ayam betina biasanya menetaskan antara tiga sampai lima butir telur berwarna putih atau putih kemerahan yang dierami oleh induk betina selama kurang lebih tiga minggu.
4. Ayam Hutan Hijau (Gallus Varius Green junglefowl)
 
Ayam hutan hijau adalah nama sejenis burung yang termasuk kelompok unggas dari suku Phasianidae, yakni keluarga ayam, puyuh, merak, dan sempidan. Ayam hutan diyakini sebagai nenek moyang sebagian ayam peliharaan yang ada di Nusantara. Ayam ini disebut dengan berbagai nama di berbagai tempat, seperti canghegar atau cangehgar (Sd.), ayam alas (Jw.), ajem allas atau tarattah (Md.).
Memiliki nama ilmiah Gallus varius (Shaw, 1798), ayam ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl, merujuk pada warna dan asal tempatnya. Panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 60 cm pada ayam jantan, dan 42 cm pada yang betina.
Jengger pada ayam jantan tidak bergerigi, melainkan membulat tepinya; merah, dengan warna kebiruan di tengahnya. Bulu-bulu pada leher, tengkuk dan mantel hijau berkilau dengan tepian (margin) kehitaman, nampak seperti sisik ikan. Penutup pinggul berupa bulu-bulu panjang meruncing kuning keemasan dengan tengah berwarna hitam. Sisi bawah tubuh hitam, dan ekor hitam berkilau kehijauan. Ayam betina lebih kecil, kuning kecoklatan, dengan garis-garis dan bintik hitam.
Iris merah, paruh abu-abu keputihan, dan kaki kekuningan atau agak kemerahan.
Ayam yang menyukai daerah terbuka dan berpadang rumput, tepi hutan dan daerah dengan bukit-bukit rendah dekat pantai. Ayam-hutan Hijau diketahui menyebar terbatas di Jawa dan kepulauan Nusa Tenggara termasuk Bali. Di Jawa Barat tercatat hidup hingga ketinggian 1.500 m dpl, di Jawa Timur hingga 3.000 m dpl dan di Lombok hingga 2.400 m dpl.

1.2   Jenis – Jenis Ayam Kampung
Ayam kampung adalah sebutan di Indonesia bagi ayam peliharaan yang tidak ditangani dengan cara budidaya massal komersial serta tidak berasal-usul dari galur atau ras yang dihasilkan untuk kepentingan komersial tersebut .Nama ilmiah untuk ayam kampung adalah Gallus domesticus. Aktifitas penternakan ayam kampung telah ada sejak jaman dahulu.
Sosok ayam kampung mudah dibedakan dari ayam ras dan ayam buras lainnya. Pertama, corak dan warna bulunya yang beragam menjadi ciri khas ayam kampung. Dibandingkan dengan ayam ras, ayam kampung juga jauh lebih lincah dan aktif bergerak. Bahkan, jika dipelihara secara umbaran, terbiasa hinggap atau istirahat di dahan pohon yang cukup tinggi. Selain itu, ukuran tubuhnya juga lebih kecil dibandingkan dengan ayam ras. Bagi mereka yang tinggal di lingkungan yang memelihara ayam kampung, pasti sudah tidak asing dengan sosok ayam ini.
Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara . Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing . Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan . Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung . Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekedar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah.
Jenis atau varietas dari ayam kampung asli Indonesia adalah jenis ayam kampung terbanyak di dunia. Namun sekarang ini banyak jenis-jenis ayam kampung asli Indonesia yang hampir punah. Bahkan sudah ada beberapa jenis-jenis ayam kampung asli Indonesia yang punah.

Sejarah Perkembangan

Sejarah ayam kampung dimulai dari generasi pertama ayam kampung yaitu dari keturunan ayam hutan merah (Gallus gallus).  Jenis ayam kampung sudah dikenal sejak jaman Kerajaan Kutai. Pada saat itu, ayam kampung merupakan salah satu jenis persembahan untuk kerajaan sebagai upeti dari masyarakat setempat. Keharusan menyerahkan upeti menyebabkan ayam kampung selalu diternakan oleh warga kampung dan menyebabkan ayam kampung tetap terjaga kelestariannya. Di samping itu, ayam kampung memang sesuai dengan selera masyarakat setempat. Kebiasaan beternak ayam kampung tersebutlah yang menyebabkan ayam ini mudah dijumpai di tanah air. Sampai sekarang sistem upeti dalam arti perpindahan barang (ayam kampung) dari desa ke kota masih tetap ada. Bedanya, saat ini perpindahan tersebut lebih bersifat bisnis.

Varietas

Ayam kampung mempunyai banyak varietas dan spesies, beberapa diantaranya yang penting yaitu :


1. Ayam Kedu

Nama ayam kedu berasal dari daerah yang memang banyak dijumpai jenis ayam ini, yaitu Desa Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Ada dua pendapat mengenai asal ayam ini. Ada yang percaya, ayam kedu merupakan ayam asli Pulau Jawa yang kemudian diekspor ke Amerika pada tahun 1930-an dan dikenal dengan nama black Java breed (ayam hitam asal Jawa). Namun, ada juga pendapat yang mengatakan ayam kedu merupakan ayam hasil persilangan antara ayam dorking yang dibawa Raffles dengan ayam buras di daerah Dieng. Jengger pada ayam jantan adalah tunggal bergerigi 5-7 buah dan berdiri sedangkan pada betina jengger lebih kecil. Pial dan jengger yang semula hitam berubah menjadi merah setelah mencapai umur 1 - 1.5 tahun.
Ayam ini memiliki ukuran standar ayam biasa dengan jengger tunggal. Ayam kedu betina memiliki bobot sekitar 2-3 kg dan kedu jantan memiliki bobot 2-4 kg. Umur ayam kedu rata-rata 6-8 tahun. Ayam kedu akan mulai bertelur pada umur 138-195 hari. Produktivitas bertelur ayam kedu sekitar 124 butir per tahun (34%). Namun, dengan pemeliharaan intensif menggunakan kandang baterai, produktivitas dapat ditingkatkan.
Ayam kedu termasuk ayam buras yang potensial dijadikan ayam petelur dan pedaging. Ayam kedu memiliki beberapa jenis, di antaranya kedu hitam, kedu putih, dan kedu lurik atau blorok (campuran). Produktivitas kedu hitam lebih tinggi daripada produktivitas kedu putih atau campuran. Pada jenis kedu hitam ada yang dikenal sebagai ayam cemani, yaitu jenis ayam yang seluruh bagian tubuhnya berwarna hitam, hingga daging, tulang, dan darahnya. Ayam cemani dengan kualitas seperti ini sangat langka dan banyak dijadikan ayam koleksi. Sementara jenis kedu hitam yang lain (bukan cemani) hanya memiliki warna hitam di bagian bulunya.
Perbedaan mama kedu petelur dengan kedu dwifungsi adalah bobot badannya. Bobot betina kedu petelur sekitar 1,5 kg, sedangkan bobot betina kedu dwifungsi mencapai 2,5 kg. Sementara bobot jantan kedu petelur 2-2,5 kg, sedangkan bobot jantan kedu dwifungsi mencapai 3,5 kg. Kelebihan lain ayam kedu adalah mudah beradaptasi dengan lingkungan baru serta tahan terhadap stres dan penyakit.

a. Ayam Kedu Hitam

Ayam kedu hitam mempunyai penampilan fisik hamper hitam semua, tetapi kalau diamati secara teliti warnanya tidak terlalu hitam . Penampilan kulit pantat dan jengger masih mengandung warna kemerah-merahan . Bobot ayam kedu hitam jantan dewasa antara 2 Kg – 2,5 Kg, sedangkan yang betinanya hanya 1,5 Kg . Ayam ini sering disamakan dengan ayam cemani karena tampak serba hitam .

b. Ayam Kedu Cemani
Ayam kedu cemani memiliki penampilan sosok tubuh hitam mulus, termasuk paruh, kuku, telapak kaki, lidah, telak (langit-langit mulut), bahkan daging dan tulangnya juga hitam. Sosok tubuh ayam kedu jantan dewasa tinggi besar dan bobotnya antara 3 Kg- 3,5 Kg, sedangkan yang betina dewasa berbobot antara 2 Kg- 2,5 Kg .

c. Ayam Kedu Putih
Ayam kedu putih ditandai dengan warna bulu putih mulus, jengger dan kulit mukanya berwarna merah, sedangkan kakinya berwarna putih atau kekuning-kuningan . Jenggernya tegak berbentuk wilah . Bobot ayam jantan kedu putih dewasa mencapai 2,5 Kg . Sedangkan bobot ayam kedu putih betina 1,2 Kg – 1,5 Kg [6].

d. Ayam Kedu Merah
Ayam kedu merah ditandai dengan warna bulu hitam mulus, tetapi kulit muka dan jengger berwarna merah, sedangkan kulit badannya berwarna putih . Sosok tubuh ayam kedu merah tinggi besar dengan bobot ayam jantan dewasa 3 Kg-3,5 Kg, Sedangkan bobot ayam betina 2 Kg-2,5Kg .

2. Ayam Nunukan

Ayam ini merupakan jenis ayam buras yang potensial sebagai ayam petelur. Ayam nunukan disebut juga ayam Tawao. Nama ayam ini berasal dari daerah tempat ditemukannya banyak jenis ayam ini, yaitu di Tarakan dan Nunukan, Kalimantan Timur. Salah satu nama julukan untuk ayam nunukan adalah ayam cina karena ada yang berpendapat ayam ini berasal dari daratan Cina bagian selatan. Karakteristik ayam nunukan adalah warna bulunya merah cerah atau merah kekuning-kuningan, bulu sayap dan ekor tidak berkembang sempurna . Sementara paruh dan kakinya berwarna kuning atau putih kekuning-kuningan dengan jengger dan pial berwarna merah cerah. Jenggernya berbentuk wilah dan bergerigi delapan . Stadium anak ayam sampai umur 45 hari cenderung berbulu kapas . Berat badan ayam nunukan jantan dewasa 3,4 Kg – 4,2 Kg, sedangkan yang betina 1,6 Kg – 1,9 Kg . Ciri ayam betina nunukan yang memiliki produktivitas bertelur yang baik adalah yang memiliki ekor panjang. Bobot betina nunukan dewasa mencapai 1,9 kg. Produktivitas bertelurnya mencapai 130 butir per tahun (sekitar 35%) dengan bobot telur rata-rata 50 gram per butir. Masa bertelurnya cukup lama, mencapai 3 tahun. Produktivitas ini bisa ditingkatkan dengan pemeliharaan yang intensif.
Berbeda dengan betinanya, ayam nunukan jantan memiliki bulu sayap dan ekor yang pertumbuhannya tidak sempurna. Bulu ekornya sangat pendek dan tampak seperti dipotong. Ciri lain nunukan jantan adalah perawakannya cukup besar dengan bobot mencapai lebih dari 4 kg saat dewasa. Jengger dan pial nunukan jantan juga besar dan berwarna merah. Jenggernya tunggal bergerigi delapan dan runcing.












3. Ayam Pelung
Ayam pelung merupakan jenis ayam buras yang awalnya banyak terdapat di Jawa Barat, terutama di daerah Cianjur dan Sukabumi. Namun, saat ini sudah banyak tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Ayam pelung memiliki sosok tubuh besar dan tegap, temboloknya tampak menonjol . Kakinya panjang, kuat, dan pahanya berdaging tebal . Ayam pelung jantan memiliki Jengger berbentuk wilah yang besar, tegak, bergerigi nyata dan berwarna merah cerah . Ayam pelung betina mempunyai jengger, tetapi jengger terseebut tidak berkembang dengan baik
Ayam pelung jantan termasuk jenis ayam buras dengan bobot paling besar di antara jenis ayam buras lainnya. Bobotnya mencapai 3,50-5,50 kg/ekor. Pada masa lalu bahkan mencapai 7,5 kg/ekor. Sementara itu, bobot betinanya maksimum 3,5 kg/ekor. Besarnya pertumbuhan bobot ayam ini menjadikan ayam pelung berpotensi sebagai ayam buras pedaging. Ayam pelung betina mulai bertelur pada umur 165-210 hari. Produktivitas bertelurnya mencapai 68 butir per tahun dengan bobot telur sekitar 42 gram per butir.
Ayam pelung. Berpotensi sebagai ayam pedaging, tetapi hingga saat ini lebih sering dipelihara sebagai ayam klangenan karena memiliki suara yang nyaring dan panjang


4. Ayam Sumatra
Ayam Sumatra merupakan ayam lokal dari Sumatra Barat . Penampilan perawakannya tegap, gagah ,tetapi ukuran tubuhnya kecil. Ayam Sumatra jantan berkepala kecil, tetapi tengkoraknya lebar . Pipinya penuh (padat), keningnya tebal, dan pialnya menggantung ke bawah. Paruh ayam Sumatra umumnya pendek dan kukuh berwarna hitam, dengan cuping kecil dan berwarna hitam . Ayam Sumatra memiliki jengger berbentuk wilah dan berwarna merah . Kulit muka juga berwarna merah atau hitam, ditumbuhi bulu halus yang jarang . Bobot ayam Sumatra jantan dewasa 2 Kg, sedangkan yang betina 1,5 Kg .








5. Ayam Belenggek

Ayam belenggek berasal dari Sumatra Barat, tepatnya dipedalaman Kabupaten Solok . Ayam ini pandai berkokok dengan suara yang merdu dan iramanya bersusun-susun, panjang sampai terdiri atas 6-12 suku kata. Semakin panjang suku katanya, semakin panjang kokoknya .

6. Ayam Gaok

Ayam gaok bersal dari madura dan Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep . Keistimewaan ayam gaok yaitu kokoknya memiliki suara panjang yang hampir sama dengan ayam pelung yang terdapat di Cianjur (Jawa Barat). Ayam Gaok jantan dewasa memiliki bobot badan mencapai 4 Kg, sedangkan yang betina 2 - 2,5 Kg. Ayam Gaok jantan memiliki tampilan tubuh besar, tegap dan gagah . Jenggernya besar berbentuk wilah dan berwarna merah, dengan pial yang besar dan warnanya merah . Kakinya berwarna kuning . Bulunya didominasi oleh warna kuning kehijau-hijauan (wido), namun ada juga yang berwarna lain, seperti merah dan hitam .



7. Ayam Merawang

Ayam merawang merupakan ayam lokal yang banyak terdapat di daerah Bangka Belitung. Meskipun merupakan ayam asli dari Cina, ayam merawang sudah dipelihara cukup lama oleh masyarakat Bangka Belitung sehingga menjadi aset dan unggas lokal unggulan.
Ayam merawang memiliki warna bulu yang seragam, yaitu cokelat kemerahan hingga keemasan. Penampilannya mirip dengan ayam ras petelur Rhode Island Red. Ayam ini potensial sebagai ayam petelur. Daya tetas telurnya cukup tinggi, mencapai 86,4%.
Ayam merawang. meskipun merupakan ayam asli dari Cina, saat ini sudah menjadi aset dan unggas lokal unggulan di daerah Bangka Belitung

8. Ayam Sentul

Ayam sentul merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Ayam yang semula banyak dijadikan ayam aduan ini, sekarang dimanfaatkan sebagai ayam petelur atau pedaging.
Penampilan fisik ayam sentul mirip dengan ayam bangkok. Bentuk jengger dan pialnya cukup besar dan lebar. Ada lima variteas ayam sentul berdasarkan warna bulunya, yaitu sentul emas, sentul debu, sentul jambe, sentul batu, dan sentul kelabu. Produksi bertelur ayam sentul sekitar 10-18 butir per periode dengan bobot setiap telur sekitar 43 gram. Fertilitas telur ayam sentul cukup tinggi, mencapai 80,4% dengan daya tetas hingga 78,2%.

9. Ayam Tolaki



Ayam Tolaki, ayam ini berasal dari sulawesi tenggara. ada juga yang menyebutnya ayam butan atau ayam buras hutan. bobot nya sekitar 2kg. ayam tolaki jantan dewasa memiliki kaki panjang dan kokoh, sisik kakinya kecil kecil rata dan coklat kehitaman.

10. Ayam Turi


11. Ayam Ayunai

12. Ayam Ketawa

13. Ayam Panggalo

1.3   Jenis jenis ayam aduan di Indonesia
dari atas – ayam bangkalan, ayam sumatera, dan ayam ciparage
1.         ayam sumatera, ayam jenis ini memiliki karakter yang garang dan pandai berlaga. Ayam jenis sumatera memiliki bentuk badan yang atletis. dada bidang, kekar, dan tegap. Bobot ayam dewasa sekitar 2 kg, sedang ayam betina dewasa sekitar 1,5 kg. leher ayam jantan agak pendek, tetapi tegak lurus dan ditutupi bulu tebal. bulu leher tidak menutupi bahu.
2.         ayam bangkalan, banyak yang menganggap ayam bangkalan adalah ayam turunan dari  ayam aduan milik Bupati cakraningrat I dari bangkalan, madura.Ayam jenis ini memiliki ketajaman pukulan tajinya yang sering melesat langsung ke mata lawan. ukuran nya tak begitu besar sekitar 2,5 kg. kepala oval memanjang, mata agak tersenbunyi dan berwarna kuning kemerahan, paruh lebar, besar, sedikit melengkung
3.         ayam Ciparage, ayam ini konon adalah ayam keturunan piaraan Adipati Singaperbangsa di karawang (jawa barat). aslinya ada dua macam warna yaitu jalak(hitam seperti burung jalak) dan jali emas(coklat keemasan). bobotnya sekitar 2 -2,5 kg.
 
Dari atas – ayam tolaki, ayam bali, dan ayam banten
1.         ayam banten, merupakan ayan aduan dari daerah banten(jawa barat) bobot ayam dewasa sekitar 2kg. kepalanya oval, paruh besar, agak panjang, runcing, dan berwarna kuning pucat, jengger tunggal, kebanyakan berbentuk “sumple” berukuran sedang dan merah pucat.
2.         ayam bali, ayam jenis ini adalah ayam aduan yang sering di sabung(diadu) sampai mereka mati, karena menggunakan taji besi dalam event aduan nya.bobot ayam ini sekitar 2,5 kg berbadan ramping, padat, posisi berdiri membentuk sudut 60 derajat. bulu ayambali pada sayap besar, kaku, dan berwarna hitam mengkilap. bulunya kecil kecil berwarna kuning, putih, coklat atau merah.
3.         ayam Tolaki, ayam ini berasal dari sulawesi tenggara. ada juga yang menyebutnya ayam butan atau ayam buras hutan. bobot nya sekitar 2kg. ayam tolaki jantan dewasa memiliki kaki panjang dan kokoh, sisik kakinya kecil kecil rata dan coklat kehitaman.

1.4   Ayam Ras Pedaging

            Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemerintah mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

            Ayam ras pedaging yang sehari-hari kita mengenalnya dengan sebutan ayam broiler, merupakan jenis ayam ras unggulan hasil dari persilangan ras ayam yang memiliki produktivitas dan ketahanan tinggi,terutama dalam produktivitas daging. Hanya dalam 5 - 6 minggu saja jenis ayam ini bisa dipanen, karena masa pemeliharaan yang relatif singkat ayam jenis ini sangat digemari oleh peternak tidak heran jika setiap tahunya muncul peternak-peternak musiman di wilayah Indonesia. Namun saat isu flu burung masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 2005 produksi ayam jenis ini sempat menurun.



BAB III

PENUTUP


3.1   Kesimpulan
           

Indonesia memili Kekayaan hayati yang sangat luar biasa, diantaranya adalah keanekaragaman plasma nutfah ayam lokal. Menurut penelitian Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Indonesia memiliki 15 jenis plasma nutfah ayam lokal yang keberadaannya benar-benar asli Indonesia. Meski demikian di luar 15 jenis tersebut masih banyak lagi yang belum teridentifikasi. Jenis ayam lokal tersebut di antaranya ialah ayam Cemani, ayam Kapas, ayam Pelung, ayam Arab Golden, ayam Merawang, ayam Arab Silver, ayam Kedu, ayam Kedu Putih, ayam Kate, ayam Gaok, ayam Sentul, ayam Wareng, ayam Tolaki, ayam Kalosi, dan ayam Nunukan. Namun, diluar itu masih banyak jenis ayam lokal yang dimiliki oleh negeri tercinta ini. Untuk itu marilah kita pelajari jenis-jenis ayam lokal yang ada di Indonesia.


3.2   Saran

           
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis ingin mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar melengkapi atau memperbaiki kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

























DAFTAR PUSTAKA


www.sentralternak.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar