BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan
peternakan merupakan bagian dari pembangunan nasiaonal yang bertujuan untuk
menyediakan pangan hewani berupa daging, susu serta telur yang bernilai gizi
tinggi,meningkatkan pendapatan peternak dan menambah devisa serta memperluas
luas lapangan kerja.
Ayam
petelur sebagai salah satu ternak unggas yang cocok untuk di usahakan secara komersial karena telurnya bayak dan
dibutuhkan sebagai salah satu sumber protein
hewani yang cukup penting. Pemerintah selalu berusaha untuk meningkatkan
pendapatn peternak dan memenuhi kebutuhan protein dan hewani bagi masyarakat
dengan mendayagunakan dan mengembangkan potensi ternak daerah.
Akan
tetapi sungguh banyak permasalahan-permasalahn yang selalu di hadapi oleh
masyarakat dalam usaha peternakan, mulai dari modal usaha dan manajemen
pemeliharaan ayam petelur tersebut dari awal pemeliharaan samapi panen.
Berdasarkan penjelsan di atas tentang permasalahan tentang proses pemeliharaan
ayam petelur penulis tertarik untuk membahasa permasalahan tersebut sekemampuan
penulis.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun
tujuan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui proses pemeliharaan ayam petelur dari awal
pemeliharaan sampai panen
2.
Untuk mengetahui sarana dan perlengkapan yang harus dipersiapkan
dalam beternak ayam petelu
3.
Untuk mengetahui jumlah pemberian pakan perhari
4.
Untuk menegetahui penyakit yang sering terjadi pada ayam dan
cara mencegahnya
1.3. Manfaat
Adapun
manfaat yang bisa ambil adalah:
1.
Agar kita mengetahui proses pemeliharaan dari layer sampai
finisher
2.
Agar kita mengetahui pencegahaan penyakit terhadap ayam
3.
Agar kita mengetahui konsumsi ransum yam perhari
4.
Secara umum untuk menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca
maupun penulis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Kandang
Iklim kandang
yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar
antara 32,2–35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60–70%,
penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak
kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin
kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan
permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan
membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun
dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam
kandang.
Untuk kontruksi
kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan
tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap
mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat
obat-obatan dan sistem alat penerangan.
Bentuk-bentuk
kandang berdasarkan sistemnya dibagi menjadi dua: a) Sistem kandang koloni,
satu kandang untuk banyak ayam yang terdiri dari ribuan ekor ayam petelur; b)
Sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage. Ciri
dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu
kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang sistem ini banyak digunakan dalam
peternakan ayam petelur komersial.
Jenis kandang
berdasarkan lantainya dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1) kandang dengan lantai
liter, kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi, pesak/sekam
padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada kandang sistem koloni; 2) kandang
dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau
kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja
ayam dan langsung ke tempat penampungan; 3) kandang dengan lantai campuran
liter dengan kolong berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang
untuk alas liter dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri dari 30%
di kanan dan 30% di kiri).
2) Peralatan
kandang
a. Litter (alas lantai)
Alas
lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan
air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10
cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit
kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm
untuk pengganti kulit padi/sekam.
b. Tempat bertelur
Penyediaan
tempat bertelur agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor, dapat
dibuatkan kotak ukuran 30 x 35 x 45 cm yang cukup untuk 4–5 ekor ayam. Kotak
diletakkan dididing kandang dengan lebih tinggi dari tempat bertengger,
penempatannya agar mudah pengambilan telur dari luar sehingga telur tidak pecah
dan terinjak-injak serta dimakan. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari
kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubah
yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang.
c. Tempat bertengger
Tempat
bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat dinding dan diusahakan
kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Dibuat tertutup agar
terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari tempat bertelur.
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
Tempat makan
dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja
yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak
khusus
2.2. Penyiapan Bibit
Ayam petelur
yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak
cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang
diketahui keunggulannya.
Ada beberapa
pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken) /ayam umur
sehari:
a) Anak ayam (DOC ) berasal dari induk
yang sehat.
b) Bulu tampak halus dan penuh serta
baik pertumbuhannya .
c) Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya.
d) Anak ayam mempunyak nafsu makan yang
baik.
e) Ukuran badan normal, ukuran berat
badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada letakan tinja diduburnya.
1) Pemilihan
Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang
berkreteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut:
a. Konversi Ransum.
Konversi ransum
merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan
sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur.
Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih
banyak/lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu
makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk
bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu
dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit
ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan
pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya.
b. Produksi Telur.
Produksi telur
sudah tentu menjadi perhatian. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur
banyak. Tetapi konversi ransum tetap utama sebab ayam yang produksi telurnya
tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan.
c. Prestasi bibit
dilapangan/dipeternakan.
Apabila kedua
hal diatas telah baik maka kemampuan ayam untuk bertelur hanya dalam sebatas
kemampuan bibit itu. Contoh prestasi beberapa jenis bibit ayam petelur dapat
dilihat pada data di bawah ini.
- Babcock B-300 v: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house) 270, ransum 1,82 kg/dosin telur.
- Dekalb Xl-Link: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house) 255-280, ransum 1,8-2,0 kg/dosin telur.
- Hisex white: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house) 288, ransum 1,89 gram/dosin telur.
- H & W nick: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house) 272, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
- Hubbarb leghorn: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house)260, ransum 1,8-1,86 kg/dosin telur.
- Ross white: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house) 275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
- Shaver S 288: berbulu putih, type
ringan, produksi telur(hen house)280, ransum 1,7-1,9 kg/dosin telur.
- Babcock B 380: berbulu cokelat, type
Dwiguna, produksi telur(hen house) 260-275, ransum 1,9 kg/dosin telur.
- Hisex brown: berbulu cokelat, type
Dwiguna, produksi telur(hen house)272, ransum 1,98 kg/dosin telur.
- Hubbarb golden cornet: berbulu
cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 260, ransum 1,24-1,3 kg/dosin
telur.
- Ross Brown: berbulu cokelat, type
Dwiguna, produksi telur(hen house) 270, ransum 2,0 kg/dosin telur.
- Shaver star cross 579: berbulu
cokelat, type Dwiguna, produksi telur(hen house) 265, ransum 2,0-2,08 kg/dosin
telur.
- Warren sex sal link: berbulu cokelat,
type Dwiguna, produksi telur(hen house) 280, ransum 2,04 kg/dosin telur.
2.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan
Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang
(sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang
paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan
preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup.
2) Pemberian
Pakan
Untuk pemberian pakan ayam petelur ada
2 (dua) fase yaitu fase starter
(umur 0-4 minggu) dan fase finisher
(umur 4-6 minggu).
a. Kualitas dan kuantitas pakan fase
starter adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi
pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%,
Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan
menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor;
minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; minggu ke-3 (umur 15-21 hari)
66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi
jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520
gram.
b. Kwalitas dan kwantitas pakan fase
finisher adalah sebagai berikut:
- Kwalitas atau kandungan zat gizi
pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%; serat kasar 4,5%; kalsium
(Ca) 1%; Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal.
- Kwantitas pakan terbagi/digolongkan
dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111
gram/hari/ekor; minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor; minggu ke-7
(umur 44-50 hari)
146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8
(umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada
umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian minum disesuaikan dangan umur
ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29
hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu
ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1
liter/hari/100 ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan
minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor.
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan
sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada
hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air
minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
b. Fase finisher (umur 30-57
hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari)
9,5 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor;
minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari)
14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4
liter/hari/ekor.
3) Pemberian
Vaksinasi dan Obat
Vaksinasi
merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menulardengan cara
menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk
mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu:
Vaksin aktif
adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama
daripada dengan vaksin inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang
telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu
membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya
disuntikan pada ayam yang diduga sakit.
Macam-macam vaksin:
a) Vaksin NCD vrus Lasota buatan Drh
Kuryna
b) Vaksin NCD virus Komarov buatan Drh
Kuryna (vaksin inaktif)
c) Vaksin NCD HB-1/Pestos.
d) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose.
e) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex
untuk Marek.
Persyaratan
dalam vaksinasi adalah:
a) Ayam yang divaksinasi harus sehat.
b) Dosis dan kemasan vaksin harus
tepat.
c) Sterilisasi alat-alat.
4) Pemeliharaan
Kandang
Agar bangunan
kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara
secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada
bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian
daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi
ternak yang dipelihara.
2.3. Jenis Hama dan Penyakit yang Bersifat
Parasit
1). Penyakit karena Bakteri
a) Berak putih
(pullorum)
Menyerang ayam
kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab: Salmonella
pullorum. Pengendalian: diobati dengan antibiotika
b) Foel typhoid
Sasaran yang
disering adalah ayam muda/remaja dan dewasa. Penyebab: Salmonella
gallinarum. Gejala: ayam mengeluarkan tinja yang berwarna
hijau kekuningan. Pengendalian: dengan
antibiotika/preparat sulfa.
c) Parathyphoid
Menyerang ayam
dibawah umur satu bulan. Penyebab: bakteri dari genus
Salmonella. Pengendalian: dengan
preparat sulfa/obat sejenisnya.
d) Kolera
Penyakit ini
jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam
menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab: pasteurella
multocida. Gejala: pada serangan yang serius pial ayam (gelambir
dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian: dengan antibiotika
(Tetrasiklin/Streptomisin).
e) Pilek ayam
(Coryza)
Menyerang semua
umur ayam dan terutama menyerang anak ayam. Penyebab:
makhluk intermediet antara bakteri dan virus. Gejala: ayam yang terserang
menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek.
Pengendalian: dapat
disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa.
f) CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di
Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian: dilakukan dengan
antibiotika
(Spiramisin dan
Tilosin).
g). Infeksi
synovitis
Penyakit ini
sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun.
Penyebab: bakteri dari genus
Mycoplasma. Pengendalian: dengan antibiotika.
2 ). Penyakit karena Virus
1) Newcastle disease (ND)
ND adalah penyakit oleh virus yang
populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926
di daerah Priangan.
Penemuan
tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini
ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut
Newcastle disease.
2) Infeksi bronchitis
Infeksi
bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan
produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk
anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi
pada anak ayam mencapai 40%. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur
lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah
berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada ditengah). Tidak ada
pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi.
3) Infeksi laryngotracheitis
Infeksi
laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada
unggas. Penyebab: virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini
di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: (1)
belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini; (2) pencegahan
dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat.
4) Cacar ayam (Fowl pox)
Gejala: tubuh ayam bagian jengger yang
terserang akan bercak-bercak cacar. Penyebab: virus Borreliota avium. Pengendalian:
dengan vaksinasi.
5) Marek
Penyakit ini
menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat
serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50%.
Pengendalian: dengan vaksinasi.
6) Gumboro
Penyakit ini
ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit
ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
3). Penyakit karena Jamur dan Toksin
Penyakit ini
karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini
mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan
yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini
adalah :
1) Muntah darah hitam (Gizzerosin)
Ciri kerusakan total pada gizzard ayam.
Penyebab: adalah racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan
penyakit ini. Timbul
penyakit ini
akibat pemanasan bahan makanan yang menguraikan asam amino hingg
menjadi racun. Pengendalian: belum ada.
2). Racun dari bungkil kacang
Minyak yang
tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur
dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam
rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang
mengandung kadar lemak tinggi.\
4). Penyakit karena Parasit
a) Cacing
Karena penyakit
cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi
peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam
terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya
kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif.
b) Kutu
Banyak
menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila
bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan
gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung
maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan
semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak
boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam
hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif.
5). Penyakit karena Protozoa
Penyakit ini
berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini
dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang
menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan
genangan air.
Jadi,
jika peternak ingin mendapatkan hasil yang maksimal, peternak harus menjaga
kesehatan ayam agar terhidar dari penyakit yang bersifat parasit.
2.4. Panen
1. Hasil Utama
Hasil utama
dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur yang diahsilkan oleh ayam.
Sebaiknya telur dipanen 3 kali dalam sehari. Hal ini bertujuan agar kerusakan
isi telur yang
disebabkan oleh virus dapat terhindar/terkurangi. Pengambilan pertama pada pagi
hari antara pukul 10.00-11.00; pengambilan
kedua pukul 13.00-14.00; pengambilan
ketiga (terakhir)sambil mengecek
seluruh kandang dilakukan pada pukul
15.00-16.00.
2. Hasil
Tambahan
Hasil tambahan
yang dapat dinukmati dari hasil budidaya ayam petelur adalah daging dari ayam
yang telah tua (afkir) dan kotoran yang dapat dijual untuk dijadikan pupuk
kandang.
3. Pengumpulan
Telur yang
telah dihasilkan diambil dan diletakkan di atas egg tray (nampan telur). Dalam
pengambilan dan pengumpulan telur, petugas pengambil harus langsung memisahkan
antara telur yang normal dengan yang abnormal. Telur normal adalah telur yang
oval, bersih dan kulitnya mulus serta beratnya 57,6 gram dengan volume sebesar
63 cc. Telur yang abnormal misalnya telurnya kecil atau terlalu besar, kulitnya
retak atau keriting, bentuknya lonjong.
4. Pembersihan
Setelah telur
dikumpulkan, selanjutnya telur yang kotor karena terkena litter atau tinja ayam
dibershkan. Telur yang terkena litter dapat dibersihkan dengan amplas besi yang
halus, dicuci secara khusus atau dengan cairan pembersih.
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan proses pemeliharaan ayam
petelur harus dipersiapkan sarana dan perlengkapan kandang, adapun sarana dan
perlengkapan kandang berupa :
1. Kandang
Kandang merupakan hal yang paling
utama yang harus dipersiapakan dan kandang termasuk kebutauhan primer bagi
peternak untuk tempat ternak tersebut.
2.
Peralatan
a. Litter (alas lantai)
b. Tempat bertelur
c. Tempat bertengger
d. Tempat makan, minum dan tempat grit
2.2. Penyiapan Bibit
Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi
syarat sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur
harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
b) Pertumbuhan
dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur
berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day
Old Chicken)
/ayam umur
sehari:
a) Anak ayam
(DOC ) berasal dari induk yang sehat.
b) Bulu tampak
halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
c) Tidak
terdapat kecacatan pada
tubuhnya.
d) Anak ayam
mempunyak nafsu makan yang baik.
e) Ukuran badan
normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
f) Tidak ada
letakan tinja diduburnya.
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Penyiapan bibit ayam petelur yang berkreteria baik dalam
hal ini tergantung sebagai berikut:
a. Konversi
Ransum.
b. Produksi
Telur.
c. Prestasi
bibit dilapangan/dipeternakan.
2.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal
peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya
dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan
vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari
poultry shoup.
2) Pemberian Pakan
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal
ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu:
a. Fase starter (umur 1-29
hari)
b. Fase
finisher (umur 30-57 hari
3.2. Saran
Kita sebagai manusia tidak lipun
dari kehilafan, maka dari itu penulis menyarankan kepada pembaca dan pendengar
isi makalah ini, jika ada kesalahan dalam penulisan, bahasa maupun salah dalam
mendefenisikan sesuatu hal mohon kritik dan saran yang bersifat membangun
makalah ini untuk lebih baiknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar