BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyakit Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit genetik/turunan, merupakan suatu
bentuk kelainan perdarahan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya dimana
protein yang diperlukan untuk pembekuan darah tidak ada atau jumlahnya sangat
sedikit. Penyakit ini ditandai dengan sulitnya darah untuk membeku secara
normal. Apabila penyakit ini tidak ditanggulangi dengan baik maka akan
menyebabkan kelumpuhan, kerusakan pada persendian hingga cacat dan kematian
dini akibat perdarahan yang berlebihan. Penyakit ini ditandai dengan perdarahan
spontan yang berat dan kelainan sendi yang nyeri dan menahun
Hemofilia termasuk penyakit yang tidak populer dan tidak
mudah didiagnosis. Karena itulah para penderita hemofilia diharapkan mengenakan
gelang atau kalung penanda hemofilia dan selalu membawa keterangan medis
dirinya. Hal ini terkait dengan penanganan medis, jika penderita hemofilia
terpaksa harus menjalani perawatan di rumah sakit atau mengalami kecelakaan.
Yang paling penting, penderita hemofilia tidak boleh mendapat suntikan kedalam
otot karena bisa menimbulkan luka atau pendarahan, Hemofilia memiliki dua tipe,
yakni tipe A dan B. Hemofilia A terjadi akibat kekurangan faktor antihemofilia
atau faktor VIII. Sedangkan hemofilia B muncul karena kekurangan faktor IX.
Penyakit
ini diturunkan orang tua kepada seorang anak melalui kromosom X yang tidak
muncul. Saat wanita membawa gen hemofilia, mereka tidak terkena penyakit itu.
Jika ayah menderita hemofilia tetapi sang ibu tidak punya gen itu, maka anak
laki-laki mereka tidak akan menderita hemofilia, tetapi anak perempuan akan
memiliki gen itu. Jika seorang ibu adalah pembawa dan sang ayah tidak, maka
anak laki-laki akan berisiko terkena hemofilia sebesar 50 persen, dan anak
perempuan berpeluang jadi pembawa gen sebesar 50 persen
2.2.
Gejala dan Pengobatan Hemofilia
Gejala yang mudah dikenali adalah bila terjadi luka yang
menyebabkan sobeknya kulit permukaan tubuh, maka darah akan terus mengalir dan
memerlukan waktu berhari-hari untuk membeku. Bila luka terjadi di bawah kulit
karena terbentur, maka akan timbul memar/ lebam kebiruan disertai rasa nyeri
yang hebat pada bagian tersebut. Perdarahan yang berulang-ulang pada persendian
akan menyebabkan kerusakan pada sendi sehingga pergerakan jadi terbatas (kaku),
selain itu terjadi pula kelemahan pada otot di sekitar sendi tersebut.
Gejala akut yang dialami penderita Hemofilia adalah sulit
menghentikan perdarahan, kaku sendi, tubuh membengkak, muncul rasa panas dan
nyeri pascaperdarahan, Sedangkan pada gejala kronis, penderita mengalami
kerusakan jaringan persendian permanen akibat peradangan parah, perubahan
bentuk sendi dan pergeseran sendi, penyusutan otot sekitar sendi hingga
penurunan kemampuan motorik penderita dan gejala lainnya. Hemofilia dapat membahayakan
jiwa penderitanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital
seperti perdarahan pada otak.
*
Apabila terjadi benturan pada tubuh akan mengakibatkan kebiru-biruan
(pendarahan dibawah kulit)
*
Apabila terjadi pendarahan di kulit luar maka pendarahan tidak dapat berhenti.
*
Pendarahan dalam kulit sering terjadi pada persendian seperti siku tangan,
lutut kaki sehingga mengakibatkan rasa nyeri yang hebat.
Bagi mereka yang memiliki gejala-gejala tersebut, disarankan
segera melakukan tes darah untuk mendapat kepastian penyakit dan pengobatannya.
Pemberian transfusi rutin berupa kriopresipitat-AHF atau Recombinant Factor
VIII untuk penderita Hemofilia A dan plasma beku segar untuk penderita
hemofilia B. Terapi lainnya adalah pemberian obat melalui injeksi. Baik obat
maupun transfusi harus diberikan pada penderita secara rutin setiap 7-10 hari.
Tanpa pengobatan yang baik, hanya sedikit penderita yang mampu bertahan hingga
usia dewasa. Karena itulah kebanyakan penderita hemofilia meninggal dunia pada
usia dini.
Bila terjadi pendarahan/ luka pada penderita Hemofilia
pengobatan definitif yang bisa dilakukan adalah dengan metode RICE, singkatan
dari Rest, Ice, Compression, dan Elevation.
-
Rest. Penderita harus senantiasa beristirahat, jangan banyak melakukan kegiatan
yang sifatnya kontak fisik.
-
Ice. Jika terjadi luka segera perdarahan itu dibekukan dengan mengkompresnya
dengan es.
-
Compression. Dalam hal ini, luka itu juga harus dibebat atau dibalut dengan
perban.
-
Elevation. Berbaring dan meninggikan luka tersebut lebih tinggi dari posisi
jantung.
Ada dua cara pengobatan Hemofilia, Pertama, terapi on demand
yaitu terapi saat terjadi perdarahan menggunakan infus produk untuk
menggantikan faktor pembekuan. Sedangkan yang kedua profilaksis adalah infus
faktor ke delapan secara rutin untuk mempertahankan kadar minimum faktor
VIII/IX dengan kadar konsentrasi untuk mencegah sebagian besar perdarahan
2.3.
Perawatan bagi penderita Hemofilia
Penderita hemofilia juga harus rajin melakukan perawatan dan
pemeriksaan kesehatan gigi dan gusi secara rutin. Untuk pemeriksaan gigi dan
gusi, dilakukan minimal 6 bulan sekali, karena kalau giginya bermasalah misal
harus dicabut, tentunya dapat menimbulkan perdarahan. Selain itu penderita
Hemofilia sedapat mungkin menghindari penggunaan aspirin karena dapat
meningkatkan perdarahan dan jangan sembarang mengonsumsi obat-obatan. Untuk
pelaksanaan operasi ringan hingga berat bagi penderita hemofila harus melalui
konsultasi dokter.
Mengonsumsi makanan atau minuman yang sehat dan menjaga
berat tubuh agar tidak berlebihan. Karena berat badan berlebih dapat
mengakibatkan perdarahan pada sendi-sendi di bagian kaki (terutama pada kasus
hemofilia berat). Olahraga secara teratur untuk menjaga otot dan sendi tetap
kuat dan untuk kesehatan tubuh. Kondisi fisik yang baik dapat mengurangi jumlah
masa perdarahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar